Langsung ke konten utama

Contoh PTK PAUD Universitas Terbuka


PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGIS PADA SISWA TK DHARMA WANITA SAMPANG AGUNG



Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas

 








  

Oleh
Nurul Khasanah
NIM : 858668046

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S-1 PGSD
2020



BAB I
PENDAHULUAN

1.        LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan usia dini memiliki perang yang penting dalam perkembangan anak. Hal ini merupakan fondasi dsar dalam pembelajaran yang akan dikembangkan serta mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak. Sebagaimana dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 28 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki Sekolah Dasar.
Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD (Ernawulan Syaodih, 2005:7). Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan usia emas, dimana anak mengalami perkembangan yang cepat. Menurut Wortham dalam M. Ramli, 2005:50), menyatakan bahwa aspek perkembangan anak meliputi perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial-emosional. Salah satu aspek perkembangan yang akan penulis teliti adalah aspek perkembangan sosial emosional anak.
Pada dasarnya anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Dalam hal ini usia yang dimaksudkan adalah usia pengemban potensi intelegensi permanen dalam dirinya. Perkembangan potensi yang dimiliki anak, yang dianggap sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pada pendidikan anak usia dini, anak akan diajarkan untuk mengenal lingkungan sekitar dan mengenal orang-orang sekitar yang baru dikenal, sehingga penting jika anak untuk mengembangkan kepribadian yang baik.
Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami perasaaan oranglain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi anak bisa dimulai dari orang-orang terdekta yakni orang tua, saudara, teman bermain hingga masyarakat luas. Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahasa perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial, begitu juga sebaliknya membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional, sebab keduanya terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh (Suryadi, 2010:109).
Menurut (Hurlock, 1980:3), perkembangan sosial emosional adalah perkembangan perilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial, dimana perkembangan emosional adalah suatu proses dimana anak melatih rangsangan-rangsangan sosial terutama yang didapat ari tuntutan kelompok serta belajar bergaul dan bertingkah laku. Sedangkan menurut Salovy dan John Mayer dalam (Ali Nugraha, 2011: 13), pengembangan sosial emosional meliputi: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengalokasi rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, diskusi kemampuan menyelesaikan masalah antara pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan dan sikap hormat. Selain orang tua, guru juga merupakan pihak yang dapat membantu perkembangan sosial emosional anak di sekolah.
Dalam rangka mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengoptimalkan perkembangan sosial emosional anak diperlukan suatu upaya yang dilakukan oleh guru agar perkembangan sosial emosional anak dapat berkembang secara optimal. Upaya tersebut dapat dimulai dengan pendekatan psikologis pada anak. Ada beberapa keuntungan pendekatan psikologis dalam membentuk kepribadian anak, diantara lain:
1.         Pendekatan psikologis bisa membantu anak menjadi lebih luas pemikirannya sehingga bisa menjadi lebih bijaksana.
2.         Anak bisa memutuskan apa keinginannya dan apa yang tidak dia inginkan.
3.         Anak belajar untuk berkepribadian sabar/tdk tempramen
4.         Tindakan persuasif lebih ampuh
5.         Lebih mudah meniru untuk bersikap benar
6.         Anak mampu berbahasa sesuai dengan kondisi
7.         Anak mudah memahami
8.         Anak tidak mudah memaksa kehendak sendiri/egosi
9.         Anak tidak bersikap manja
10.     Anak memiliki sifat berusaha untuk mendapatkan yang diinginkan
11.     Anak berani mencoba hal-hal baru
12.     Anak mulai menumbuhkan sifat percaya diri
13.     Anak sudah mampu memberikan keputusan yang tepat
Dengan latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kemampuan Sosial Emosional Anak melalui Pendekatan Psikologis. Penelitian ini penulis tuangkan dalam entuk Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan Judul “Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Melalui Pendekatan Psikologis Pada Siswa Tk Dharma Wanita Sampang Agung”

2.      PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1.      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan sosial emosional melalui pendekatan psikologis pada anak usia dini?
2.      Pemecahan Masalah
Siswa dapat mendapatkan kepribadian yang baik dari lingkungan secara langsung melalui pendekatan psikologis pada proses pembelajaran sehari-hari. Sehingga siswa mampu berinteraksi dengan teman-temannya dengan baik disekolah.
3.      Hipotensis
Hipotensis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
Melalui pendekatan psikologis pada anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan sosial emosioanal pada siswa kelompok tk-A di TK Dharma Wanita Sampang Agung Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto

3.      TUJUAN PENELITIAN
1.         Tujuan Umum
Guna meningkatkan kemampuan sosial emosional pada siswa kelompok tk-A di TK Dharma Wanita Sampang Agung Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto
2.         Tujuan Khusus
Diharapkan siswa dapat menumbuh kembangkan kemampuan sosial emosional dalam berinteraksi dengan orang tua, guru, teman dan masyarakat sekitar baik disekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.




4.      MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.         Manfaat Bagi Siswa
a.    Memberikan motivasi dan dorongan pada siswa untuk memiliki kemampuan sosial emosional dalam berinteraksi disekolah
b.    Dengan mampu memiliki kemampuan sosial emosional siswa dapat bertanggung jawab, mengambil keputusan sendiri, dan percaya diri dalam mengembangkan kemajuan belajar mereka sendiri
c.    Meningkatkan kemampuan berfikir kognitif, efektif, dan psikomotorik dalam konteks pembelajaran
2.         Manfaat Bagi Guru
a.    Sebagai fasilitator, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik, metode dan pendeketan dalam pembelajaran
b.    Dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang bersifat dinamis dan menyenangkan
c.    Mengevaluasi hasil akhir pembelajaran dengan upaya membina, membimbing dan megarahkan siswa agar terampil dalam memahami karakter secara baik dan benar.
3.         Manfaat Bagi Sekolah
a.    Meningkatkan efektifitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar.
b.    Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan prestasi kinerja guru.
  

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Kemampuan Sosial Emosional Anak
1)   Pengertian Sosial Emosional
Sosial emosional anak usia dini merupakan suatu proses belajar anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang ada, dan anak lebih mampu mengendalikan perasaan-perasaannya sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan tersebut (M Ramli, 2005: 208). Rosmala Dewi (2005: 18) menyatakan bahwa sosial emosional merupakan kemampuan mengadakan hubungan dengan orang lain, terbiasa untuk bersikap sopan santun, mematuhi peraturan dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menunjukkan reaksi emosi yang wajar. Pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa sosial emosional anak dalam pembelajaran disekolah memerlukan pengarahan dan stimulus dari seorang guru, oleh karena itu guru diharapkan dapat memfasilitasi perkembangan tersebut dengan model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak agar perkembangan anak dapat berkembang secara optimal.
Sosial emosional anak usia dini mempunyai beberapa aspek yang sangat esensial yang perlu dikembangkan, aspek tersebut meliputi perkembangan emosi dan hubungan pertemanan, perkembangan identitas diri, perkembangan kesadaran identitas jenis kelamin, serta perkembangan moral. Menurut Rita Eka Izzaty dkk (2008: 92-96) berpendapat bahwa ada beberapa aspek dalam sosial emosional anak. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a. Elemen-elemen sosial dalam bermain.
b. Otonomi dan inisiatif yang berkembang.
c. Perasaan tentang diri.
d. Hubungan teman sebaya.
e. Konflik sosial.
f. Perilaku prososial.
g. Ketakutan-ketakutan anak.
h. Pemahaman gender.  

Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa dalam penelitian ini aspek sosial emosional anak yaitu perilaku prososial. Perilaku prososial yaitu menolong orang lain dengan suka rela. Rasa menolong dengan suka rela perlu dikembangkan sejak anak usia dini, karena agar anak terbiasa sejak usia dini dan akan terbawa dikehidupannya mendatang.

2)   Unsur dan Karakteristik Kecerdasan Sosial Emosional pada Anak
Menurut Peter Salovey dan Jhon Mayer dalam (Ali Nugraha, 2011: 3.23) terdapat uraian tentang unsure dan ciri yang seharusnya melekat pada konteks kecerdasan emosi. Dengan kata lain ciri-ciri yang dapat dikenali untuk memahami kecerdasan emosi di antaranya adalah berbagai kualitas emosi seseorang yang meliputi:
a. Empati (Kepekaan terhadap perasaan orang lain)
b. Mengungkapkan dan memahami perasaan
c. Mengalokasikan rasa marah
d. Kemandirian
e. Kemampuan menyesuaikan diri
f. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
g. Ketekunan
h. Kesetiakawanan
i. Kesopanan
j. Sikap hormat

Berdasarkan hasil identifikasi yang diungkapkan oleh Daniel Goleman dalam (Ali Nugraha, 2011: 5.22), ia menyampaikan bahwa anak yang mempunyai kecerdasan emosi, memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Mampu memotivasi diri sendiri.
b. Mampu bertahan menghadapi frustasi.
c. Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informalnyanonverbal (memiliki tiga variasi, yaitu jaringan komunikasi, jaringan keahlian, dan jaringan kepercayaan).
d. Mampu mengendalikan dorongan hati.
e. Cukup luwes untuk menemukan caraalternatif agar sasaran tetap tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula muskil dijangkau.
f. Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatunya akan beres ketika sedang menghadapu tahap sulit.
g. Memiliki empati yang tinggi.
h. Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat menjadi tugas kecil yang mudah ditangani.
i. Merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara dalam meraih tujuan.

3)   Faktor yang Mempegaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak
Menurut (Hurlock, 1980), mengungkapkan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak menyebutkan tiga faktor utama sebagai berikut :
1.        Faktor fisik
Apabila faktor keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang meninggi.
2.        Faktor psikologi
Faktor fsikologi dapat mempengaruhi emosi, antara lain tingkat intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan. Berikut adalah penjelasannya :
1)        Perlengkapan intelektual yang buruk, anak yang tingkat intelektualnya rendah, rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada tingkat umur yang sama.
2)        Kegagalan mencapai tingkatan aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
3)        Kecemasan setelah pengalaman emosi terntentu yang sangat kuat. Sebagai contoh akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam
3.        Faktor lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyaknya pengalaman yang menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak berikut adalah penjelasannya:
a.         Ketegangan yang disabbkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus.
b.         Ketegangan yang berlebihan serta disiplin yang otoriter.
c.         Sikap orang tua yang selalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
d.         Suasana otoriter disekolah.

4)   Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak dalam Pembelajaran
Dalam meningkatkan perkembangan sosial emosional hendaknya memperhatikan apa yang terjadi dengan anak didik agar seseorang guru mampu menstimulus perkembangan emosi anak, agar anak dapat mengelola emosi, memotivasi diri sendiri berempati dan dapat membina hubungan dengan orang lain diantaranya adalah :
1.        Mengenali emosi sendiri, tugas seorang guru adalah membina kestabilan emosi anak menuju perkembangan lebih lanjut sejalan dengan pertumbuhan umur anak.
2.        Mengelola emosi anak, seorang guru harus turun tangan untuk membantu mengatasi masalah yang sedang diadapi anak, dengan cara menghibur dirinya sehingga anak dapat bangkit kembali dari kekacauan yang dialaminya.
3.        Memotivasi diri sendiri dengan cara berfikir positif dan optimism.

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa betapa pentingnya meningkatkan sosial emosional anak karena emosional anak kelak anak suses dalam kehidupan bermasyarakat. Agara para guru tidak tergelincir pada penyediaan perkembangan sosial emosional diberikan sejumlah pedoman yang selayaknya di perhatikan :
a.       Menghargai, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan martabatnya.
b.      Memahami karakteristik anak.
c.       Mendorong anak berkolaborasi atau bekerjasama sesama teman.
d.      Menggunakan strategis pembelajaran yang luas, untuk memperkaya pengalaman pembelajaran anak.
e.       Mempasilitasi anak untuk meningkatkan ras tanggung jawab akan dirinya sendiri.
2)        Pendekatan Psikologis
Beberapa masalah yang dialami anak dalam proses pembelajaran mengakibatkan kendala pada anak dalam belajar. Anak merupakan pribadi yang bisa dikatakan mudak ditangani atau mudah dipahami karena kepribadian yang belum sempurna terbentuk dan masih bisa terpengaruh oleh lingkungan. Hal yang menjadi sulit adalah cara komunikasi yang berbeda sehingga menyebabkan anak menjadi sulit berkomunikasi atau menyampaikan apa yang mereka sukai dan tidak.
Dengan pendekatan psikologis, kepribadian anak akan mudah untuk dibentuk. Kepribadian sendiri merupakan perilaku seseorang atau individu yang dimiliki dengan ciri atau keunikannya masing-masing ditambah dengan pola pikir dan juga lingkungan. Pendekatan psikologis memiliki banyak manfaat bagi pembentukan karakter seorang anak. Dimana pendekatan ini dilakukan tidak ahanya secara fisik namun juga mental,  diantaranya adalah:
a.       Bijaksana
Lingkup bijaksana pada anak kecil sebenarnya berbeda dengan orang dewasa. Minimal ia memiliki rasa empati saja dan juga mencoba memikirkan orang lain selain dirinya saja sudah bijaksana. Pendekatan psikologis bisa membantu anak menjadi lebih luas pemikirannya sehingga bisa menjadi lebih bijaksana.
b.      Berani Memutuskan
Berani memutuskan merupakan kelebihan jika guru melakukan pendekatan psikologis kepada anak. Sehingga anak bisa memutuskan apa keinginannya dan apa yang tidak dia inginkanPerkembangan Emosi Anak Usia Dini cukup rumit untuk dipelajari. Namun karena perasaan dan hati anak-anak masih lembut, anda bisa menggunakan pendekatan psikologis untuk membentuk kepribadiannya lebih baik.
c.       Berkepribadian sabar/lembut
Guru yang menggunakan pendekatan psikologis pada anak akan memberikan contoh yang baik salah satunya kepala dingin alias tidak tempramen. Dimana anak-anak belajar dengan cara meniru jika anda tidak bisa memberikan contoh yang baik maka kepribadian yang terbentuk akan buruk. Dengan sikap perlahan dan menyelesaikan masalah dengan baik-baik anak akan melihat seorang guru sebagai sosok yang dewasa dan mereka akan mengikuti sebagai sosok yang non tempramen dan penyabar.
d.      Tindakan Persuasif
Ketika mereka melihat bagaimana seorang guru mencoba membujuk atau menjelaskan apa yang terjadi pada mereka, tindakan yang dilakukan adalah tindakan persuasif. Bukan memperkeruh suasana dengan marah, dan tindakan ini termasuk kedalam pendekatan psikologis.
Mereka akan lebih mengenal bahwa berbicara baik-baik tetap sama didengarnya dengan berteriak dan marah. Mengapa tidak untuk berbicara baik saja mulai dari sekarang. Jika hal ini sudah terpikir maka sifat dan kepribadian mereka akan berubah.
e.       Bersikap dengan Benar
Jika guru melakukan pendekatan psikologis dengan benar dan perlahan maka anak akan menilai bahwa sikap seorang guru benar dan patut ditiru. Namanya anak-anak mereka akan lebih banyak meniru, dan jika anda bisa melakukan pendekatan secara baik dan juga menyenangkan mereka juga akan memiliki kepribadian yang sama dan sikap yang sama.
f.        Berkomunikasi dengan baik
Seringkali beberapa orang tua mengingatkan anaknya dengan bahasa yang kasar, namun ketika anaknya mengikuti mereka tetap saja orang tua kembali marah. Padahal anak hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Perlu diingat bahwa pendekatan psikologi bisa mengubah kepribadian anak bahkan sampai bahasa.
g.      Tidak bersifat egois
Cara menghilangkan sifat egosi dalam diri merupakan hal yang paling sulit, termasuk pada anak-anak. Dimana mereka terbiasa dipenuhi dan juga memiliki berbagai kebutuhan serta keinginan yang langsung ada. Faktanya Guru tidak boleh melakukan hal tersebut pada anak, dengan adanya pendekatan psikologis mereka bisa berubah menjadi anak yang tidak memaksa atau tidak besar ego. Sehingga anda bisa mendidik mereka lebih baik lagi.
h.      Anak mudah memahami
Seringkali dengan adanya pendekatan psikologis maka anak ataupun guru menjadi lebih paham atau saling memahami satu sama lain. Psikologis berbicara mengenai hati dan juga rasa bukan sesuatu yang tidak berperasaan. Hal ini terkadang bisa mengetuk seseorang bahkan anak-anak untuk berubah.
i.        Anak tidak sering merengek
Menjadi anak yang tidak merengek mungkin cita-cita semua orang tua. Namun guru sebagai fasilitator bisa mewujudkannya jika menerapkan pendekatan psikologis pada anak-anak. Mendekati mereka melalui suara yang lembut, menenangkan, menjelaskan alasannya dan sejenisnya membantu kepribadian anak yang sering merengek menjadi lebih memahami dan tidak merengek kembali.
j.        Anak belajar untuk berusaha
Anak-anak harus diajarkan sifat dan sikap yang baik serta sesuai baik ketika sedang sendiri maupun ketika di tengah masyarakatCara Mendidik Mental Anak agar Berani dan Mandiri memang tidak mudah. Namun anda yang berhasil menggunakan pendekatan psikologis bisa jadi membentuk kepribadian anak yang mau berusaha.
k.      Berani mencoba
Sama halnya dengan mau berusaha, anak juga akan berani mencoba hal-hal yang baru. Hal ini karena mereka nyaman dengan pendekatan psikologis dan menaruh kepercayaan besar terhadap anda lawan bicaranya. Maka ketika anak-anak sudah percaya anda bisa mendukungnya untuk lebih berani melakukan apapun.
l.        Percaya Diri
Cara meningkatkan kepercayaan diri dan berani itu tidak mudah, terutama dalam diri anak-anak. Namun jika guru bisa membangun rasa percaya dan komunikasi yang bagus maka guru bisa membangun percaya diri mereka. Sehingga anak tumbuh menjadi anak yang lebih bagus kepribadianya dan perkembangannya lebih baik. Jangan takut untuk melakukan pendekatan psikologis.
m.    Bisa membuat keputusan
Jika anak sudah bisa memutuskan maka pendidikan anda berhasil. Mengingat anak pasti sedang tumbuh dan berkembang. Mulai dari Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kandungan sampai anak bisa berbicara, belajar dan juga tumbuh besar. Memilih keputusan merupakan hal yang berat, namun jika guru sebagai fasilitator di sekolah bisa melakukan pendekatan psikologis dalam dunia pendidikan maka guru bisa menanamkan kepribadian tersebut pada siswa.


BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

1.         Rencana Penelitian
a.    Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Dharma Wanita Sampang Agung Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto

b.    Subyek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian tindakan Kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas tk-A TK Dharma Wanita Sampang Agung Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto tahun ajaran 2019/2020, dengan jumlah siswa 22 anak yang terdiri dari 8 perempuan dan 14 laki-laki. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kemampuan emosional anak.

c.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020. Penelitian ini berlangsung sesuai dengan kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.

d.    Metode dan Desain Penelitian
1.        Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas, yaitu sebuah kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasionalitas, sistematis, dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh pendidik, kolaborasi yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan (Iskandar, 2012:21).
Penelitian ini direncanakan terdiri dari 2 siklus tiap siklus dilaksanakan empat kali pertemuan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, hasil observasi dan tes atau penilaian dalam setiap siklus sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka mengembangkan prestasi belajar.

2.        Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model siklus Kemmis & Mc Taggart yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto mengemukakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada setiap siklusnya yaitu: perencanaan, (plan), Pelaksanaan (act), Pengamatan (observe), Refleksi (reflect). Menurut Suharsimi Arikunto, dkk ― model Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK, desain dapat digambarkan sebagai berikut (Suharsimi, 2014: 16) :

Gambar 1 Siklus yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas di
TK Dharma Wanita Sampang Agung


Sumber : Model siklus Classroom Action Research dari Suharsimi Arikunto. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmiss & Mc Taggart
Berdasarkan alur penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut diatas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
a.    Perencanaan
Menurut Wahidmurni dan Nur Ali ― perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah.‖ Dalam tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Suharsimi, 2014: 17). perencanaan adalah langkah yang dilakukan guru ketika akan memulai tindakannya. Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan peneliti yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut :
1.        Observasi dan wawancara untuk mendapat gambaran awal tentang objek penelitian secara keseluruhan dan proses pembelajaran di TK Dharma Wanita Sampang Agung
2.        Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya merumuskan persolan bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut permasalahan guru maupun peserta didik.
3.        Menyusun perangkat pembelajaran, antara lain: mempersiapkan sumber atau bahan dalam pembelajaran seperti menyusun rencana kegiatan harian ( RKH ) secara kolaboratif antara peneliti dan guru.
4.        Menyiapkan media, alat dan bahan pembelajaran.
5.        Menyusun lembar observasi/lembar pengamatan proses pengembangan sosial emosional anak.
6.        Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai indikator pencapaian.

b.    Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana yang sudah dibuat. Setelah diperoleh gambaran keadaan di kelas A pada saat kegiatan pengembangan kemampuan sosial emosional, aktifitas peserta didik, dan sarana belajar. Maka dilakukan tindakan yaitu, melalui pendekatan psikologis. Tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah disusun, yaitu sebagai berikut :
1)        Guru mencari tahu penyebab anak yang suka memukul temannya pada waktu pembelajaran berlangsung.
2)        Guru mencari tahu latar belakang/riwayat keluarga anak tersebut.
3)        Guru melakukan pendekatan secara individu kepada anak setelah pelajaran berlangsung
4)        Guru menjelaskan kepada anak untuk tidak melakukan hal tersebut.
5)        Guru memberikan motivasi dan penjelasan terkait sikap moral dan perilaku melalui kemampuan sosial emosional.
6)        Guru menciptakan suasana pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan sosial emosional anak di kelompok A TK Dharma Wanita Sampang Agung.

c.    Observasi
Menurut Wina Sanjaya observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diteliti (Wina, 2009: 86). Pada prinsipnya, tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, yang meliputi kehadiran siswa, keaktifan siswa dalam kelompok, kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini observer/pengamat melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi sosial emosional anak, peneliti menggunakan observasi keaktifan anak, dan kesiapan anak dalam bersikap kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias, dsb).
Hasil pengamatan yang didapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Pengamatan berfungsi sebagai proses dokumentasi, dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk mengetahui dampak dari tindakan yang dilakukan, artinya melihat perubahan apa saja yang telah terjadi dalam proses pengembangan dan hasil perkembangan peserta didik.

d.    Refleksi
Menurut Latief, dalam (Wahid Murni dan Nur Ali, 2008: 101-102), mengatakan bahwa refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk menentukan sudah sejauh mana pengembangan metode yang sedang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum berhasil, fokus apa saja yang menjadi penghambat kekurangan keberhasilan tersebut jika hasil dari kegiatan mengembangkan kemampuan sosial emosional anak melalui metode bercerita pada penelitian siklus I belum mencapai 80%. Maka akan dilanjutkan pada tindakan siklus II.
Perencanaan pelaksanaan pada siklus II hampir sama dengan siklus I, akan tetapi pada siklus II mengalami perbaikan dari siklus I. Hasil observasi dan tes atau penilaian dalam setiap siklus sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka mengembangkan prestasi belajar.

e.    Evaluasi dan Revisi
Analisis dan interpretasi hasil pelaksanaan tindakan menjadi dasar untuk melakukan evaluasi dalam menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan. Dalam penelitian ini, evaluasi yang dilakukan adalah:
1)      Evaluasi jangka pendek, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap kali tindakan atau pengembangan untuk mengetahui keberhasilan dalm suatu tindakan.
2)      Evaluasi yang dilakukan untuk setiap putaran/siklus untuk mengetahui tingkat perkembangan pencapaian tindakan.

f.     Indikator Keberhasilan Tindakan
Adapun kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah untuk:
1)      Apabila indikator keberhasilan mencapai 80%, maka penelitian tersebut dikatakan telah berhasil.
2)      Memberi makna terhadap proses kegiatan pengembangan sosial emosional pada anak di kelompok A TK Dharma Wanita Sampang Agung. Setelah pelaksanaan tindakan digunakan kriteria, yaitu membandingkan perkembangan peserta didik pada tindakan/siklus pertama dengan tindakan berikutnya. Apabila keadaan setelah tindakan menunjukkan aktifitas peserta didik lebih baik dalam mengikuti kegiatan pengembangan dari pada sebelum tindakan, dapat dikatakan bahwa tindakan telah berhasil.
3)      Memberikan makna terhadap keberhasilan tindakan didasarkan pada kemampuan peserta didik, yang dapat dilihat dari tingkat capaian perkembangan sesuai dengan indikator kegiatan yang telah diberikan.

2.         Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelasa (Classroom Action Research) dimana terdapat dua siklus. Dalam pelaksanaan setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas mempunyai empat tahapan, yakni: Perencanaan, Pengamatan, dan Refleksi.

3.         Metode Analisa Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, dihitung nilai rata-rata kelas dan yang disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi, diagram batang. Analisis Trend (Analisis Perekembangan) digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan sosial emosional siswa dalam bentul lisan atau tulisan.

4.         Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
April – Mei 2020

Minggu III
20-25 April

Minggu IV
27-30 April
Minggu I
11-15 Mei
Minggu II
18-22 Mei
1.
Persiapan
















2.
Pelaksanaan
















3.
Pengolahan Data
















4.
Pembuatan Laporan

















5.         Biaya Penelitian
Biaya yang diperlukan untuk penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
No.
Uraian
Biaya
1.
Untuk Penyusunan :
1.    Penyusunan Proposal
2.    Penyusunan Instrumen
3.    Pengumpulan Data
4.    Pengolahan Data
5.    Analisis Data
6.    Penulisan Laporan

Rp.   75.000,00
Rp.   20.000,00
Rp.   20.000,00
Rp.   20.000,00
Rp.   20.000,00
Rp. 100.000,00
2.
Bahan :
1. Pembelian ATK

Rp. 10.000,00
3.
Lain-lain :
1.    Konsumsi
2.    Fotocopy
3.    Penggandaan+Jilid

Rp. 50.000,00
Rp. 10.000,00
Rp. 75.000,00
JUMLAH
Rp. 400.000,00








6.         Personalia Penelitian
Peneliti
Observer
Nama                 : Nurul Khasanah
NIM                   : 858668046
Jabatan               : Guru TK A-1
Instansi               : TK DW Sampang Agung
Tanda Tangan     :
Nama                  : Ninik
NIP                     :
Jabatan               : Guru TK A-2
Instansi               : TK DW Sampang Agung
Tanda Tangan    :





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    DESKRIPSI PERKEMBANGAN PADA SIKLUS
1.   Siklus I
a)    Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)             Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2)             Membuat Skenario Pembelajaran
3)             Menyiapkan Jurnal/catatan sikap selama pembelajaran berlangsung
4)             Menyiapkan materi dan bahan
b)   Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Pengembangan I
Kegiatan Pembukaan
1)             Berdoa sebelum belajar
2)             Judul kegiatan “Menebak karakter teman sebangku”
3)             Penataan ruang, siswa duduk sejajar dengan teman sebangku
Langkah – langkah perbaikan
1)             Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang persahabatan dan saling meghargai terhadap sesama
2)             Guru meminta siswa untuk menyebutkan hal yang disuka dan yang tidak disuka
3)             Guru meminta anak untuk maju kedepan menjelaskan karakter teman sebangkunya
Kegiatan Pengembangan II
Kegiatan Pembukaan
1)             Berdoa sebelum belajar
2)             Judul kegiatan “Aku tidak setuju denganmu”
3)             Pengorganisasian anak: Anak memainkan secara berpasang-pasangan


Langkah – langkah perbaikan
1)             Guru meminta orang tua untuk tidak menemani anaknya selama permainan berlangsung
2)             Guru memberikan contoh permainan kepada anak
3)             Guru meminta anak bermain sportif
Kegiatan Pengembangan III
Kegiatan Pembukaan
1)             Berdoa sebelum belajar
2)             Judul kegiatan “Mengucapkan Pujian”
3)             Pengorganisasian anak: Anak bermain berkelompok dan membentuk lingkaran

Langkah – langkah perbaikan
1)             Guru memberikan contoh pujian pada anak
2)             Guru menyebutkan nama permainan
3)             Guru membantu anak untuk mencatat kalimat-kalimat pujian

c)    Tahap Pengamatan/Observasi
Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh peneliti antara lain:
1.         Kegiatan Guru
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mampu membentuk kepribadian anak melalui pendekatan psikologis dalam penyampaian materi atau penjelasan terkait permainan. Pada Pengembangan I, guru mampu memunculkan karakter diri pada anak, sehingga anak berusaha untuk menyebutkan karakter yang dimiliki pada dirinya. Pada pengembangan II, guru menampilkan contoh media sebagai bahan pertanyaan anak ke temannya. Pada pengembangan III, Guru menyiapkan kalimat-kalimat pujian untuk anak, sehingga anak tidak kesulitan dalam memuji temannya.
2.         Aktivitas Murid
Pada kegiatan pembukaan anak lebih aktif, hal ini bisa saja terjadi karena anak memahami permainan yang akan ditampilkan. Pada kegiatan inti anak mampu bermain dengan teman, sehingga memunculkan keakraban. Pada kegiatan penutup beberapa anak bisa melihat dan mendengar dengan baik apa saja yang disampaikan oleh guru.
3.         Prestasi Siswa
Hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan oleh peneliti tentang prestasi anak dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1
Hasil Pengamatan Prestasi Anak pada Siklus I
No
Nama Anak
Kemampuan Menebak Karakter
Kemampuan Memberikan Pendapat
Kemampuan Merangkai Kalimat Pujian
1
Albert Wayan Jaya
***
***
***
2
Annisa Nurin Syaakila
***
***
***
3
Christian Ardiansyah R
***
***
***
4
Kaynaia Effendiya K
***
***
***
5
Kaila Dwi Septian
***
***
***
6
Moh Akbar Al Fath Ilyas
***
***
***
7
Moh Alwi Al Khadad
**
**
**
8
Moh Hazimul Fikri
***
***
***
9
Sri Handayani
***
***
***
10
Aisyah Azzura Devi
**
***
***
11
Dwi Ferdy Kusuma
**
**
***
12
Moh Diega Fakhri Musyafa
***
***
***
13
Moh Faizin
***
***
***
14
Moh Ariel
**
**
***
15
Zahra Nur Fauziah
***
***
***
16
Zafirroh Auliyah
***
**
**
17
Maura Alfatiha
***
***
***
18
M. Rafael
***
***
***
19
M. Atok Ilyas
***
***
***
20
Tristan Gilbi
***
***
***
21
M. Agam
***
***
***
22
Kanza
***
***
***

Keterangan :
*      : Belum Berkembang
**    : Mulai Berkembang
***  : Sudah Berkembang

               Dari data yang tertera pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa anak-anak yang belum berkembang terdapat 0 orang anak, sedangkan anak yang sudah berkembang atau sudah memiliki kemampuan sosial emosianal ada 4 anak, dan anak yang sudah berkembang atau sudah memiliki kemampuan sosial emosional ada 18 anak. Dari data ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan anak dalam memiliki kemampuan sosial emosional pada siklus I telah mencapai kriteria keberhasilan, karena dikatakan berhasil apabila mencapai 85%, sehingga tidak perlu dilakukan pebaikan dengan menggunakan siklus II

d)   Tahap Refleksi
Dari kajian dan pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa dalam kegiatan pembelajaran siklus I, terjadi pembelajaran yang efektif sehingga anak mampu mengakui kesalahannya. Jadi, dapat dijelaskan bahwa menggunakan pendekatan psikologis dalam proses pembelajaran yang dilakukan TK Dharma Wanita Sampang Agung dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak, khususnya pada anak yang mudah marah atau temperamental. Dengan permainan anak akan semakin memahami kalimat-kalimt pujian, memberikan mendapat terhadap kegemaran temannya, dan mampu menebak karakter temannya.


B.     PEMBAHASAN
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan psikologis dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional, hal ini dapat kita lihat dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada 21 anak yang berusia 3-4 tahun atau kelas tk-A. Dengan permainan, anak mampu menghargai karakter temannya. Permainan tebak karakter yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan agar anak mampu memahami karakter yang dimiliki oleh temannya. Hal ini juga ammpu mencegah anak untuk bertengkar dengan temannya.
Pada kegiatan pembentukan II anak juga diajarkan membuat pendapat “setuju/tidak setuju”. Misalnya, salah satu di anatar mereka bertanya, “Buku apa yang kamu baca?” Temnnya menjawab. (misalnya) “Timun Mas”. Kemudian si anak pertama harus mampu mengungkapkan pendapatnya terkait buku tersebut. Sedangkan anak kedua harus mampu membuktikan bahwa buku yang dibacanya benar-benar bagus dan pantas dibaca. Pertanyaan yang diajukan bisa berbeda-beda. Dengan begini, anak-anak belajar untuk mengungkapkan pendapatnya, mempertahankan sudut pandang serta pemikiran mereka secara percaya diri namun tetap rasional.
Sedangkan pada Kegiatan Perkembangan III, anak diminta untuk berkelompok. Hal yang paling sulit bagi guru adalah menentukan kelompok pada anak, hal ini karena anak terkadang sudah memilih temannya sendiri untuk manjadi kelompoknya. Inti dari permainan ini adalah sekelompok anak-anak duduk bersama membentuk lingkaran dan harus mengatakan hal-hal terpuji tentang teman disampingnya sembari menatap mata sang teman. Sang teman harus menjawab terima kasih dan melanjutkan hal yang sama kepada teman berikutnya. Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa beberapa anak akan kesulitan untuk memikirkan atau mengutarakan pujian kepada temannya. Anak-anak akan membutuhkan bantuan dari gurunya untuk merangkai kata-kata pujian. Dalam permainan ini anak-anak dapat belajar banyak karena memuji seseorang mampu membuat anak untuk tidak menghina sesama temannya.
Psikologi perkembangan anak usia dini merupakan suatu komponen penting yang harus diketahui seorang guru PAUD. Pemahaman guru yang benar terhadap perkembangan anak usia dini akan menuntun guru membuat disain pembelajaran yang cocok dengan perkembangan anak. Pembelajaran berbasis perkembangan anak akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Pembelajaran yang tidak memperhatikan perkembangan anak akan membuat anak bosan atau frustrasi. Jika anak bosan dan frustrasi, para guru juga akan tertular rasa bosan dan frustrasi juga ketika mengajar. Dasar pikir ini yang menjadikan pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini merupakan salah satu komponen dari kompetensi pedagogik seorang guru.
Perkembangan dalam bahasa Inggris disebut development. (Jhon W. Santrock, 2011: 6), mengartikan development is the pattern of change that begins at conception and continues through the life span [perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan]. Anak-anak usia dini berada pada masa keemasan (golden age). Masa ini disebut masa keemasan sebab pada usia ini terjadi perkembangan yang sangat menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia. Perkembangan yang menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan psikhis. Dari segi fisik anak mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, mulai dari pertumbuhan sel-sel otak dan organ tubuh lainnya sampai perkembangan kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, memanjat, dan sebagainya. Perkembangan fisik lainnya yang tidak kalah pentingya adalah perkembangan kemampuan motorik halus yang merupakan kemampuan melakukan koordinasi gerakan tangan dan mata, misalnya menggenggam, meraih, menulis, dan sebagainya.
Di samping perkembangan fisik, perkembangan psikhis juga mengalami hal-hal menakjubkan, dari kemampuan berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Mulai kemampuan berpikir sensori-motoris sampai kemampuan berpikir pra operasional konkrit. Anak-anak pada tahap sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu setelah menggunakan inderanya, tetapi kemudian pemahaman tersebut berkembang pada tahap pra operasional konkrit menjadi pemahaman terhadap benda bercampur dengan imajinasi anak. Perkembangan kemampuan kognitif ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kemampuan bahasa, kemampuan emosional, kemampuan moral, bahkan kemampuan agama. Pada usia dini anak belajar kata pertama yang diikuti ribuan kata berikutnya. Pada usia dini anak mulai berinteraksi dengan orang di sekitarnya, mulai dari orang tuanya sampai masyarakat lingkungannya. Pada usia dini anak mulai dapat membedakan baik dan buruk, dan pada usia dini pula anak-anak mulai mengenal nama Tuhan dan agamanya.
perkembangan anak usia dini mencakup delapan aspek yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan kepribadian, dan perkembangan agama. Di dalam psikologi perkembangan anak usia dini juga dibahas teori-teori perkembangan anak usia dini. Menurut (Santrock, 2011:18), secara garis besar proses perkembangan manusia terdiri dari proses biologis, kognitif, dan sosial emosional. Proses biologis menghasilkan perubahan manusia. Proses biologi meliputi pewarisan gen dari orang tua, perkembangan tubuh meliputi pertumbuhan berat badan dan tinggi badan, perkembangan otak, keterampilan motorik, dan perubahan hormon pada masa puber.
Proses kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa manusia. Contoh proses kognitif terjadi dalam mengenali benda-benda pada bayi, menggabung kalimat, menguasai kata, mengingat puisi, mengerjakan soal-soal matematika, membayangkan sesuatu yang akan terjadi, menemukan jawaban sebab akibat, atau memahami sesuatu yang tersirat dalam sebuah peristiwa. Proses sosial emosi merupakan perubahan dalam hubungan manusia dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Bayi belajar tersenyum kepada ibunya dan orang-orang di sekitarnya, anak laki-laki berkelahi dan berteman dengan teman sebayanya, perkembangan perasaan anak-anak terhadap temannya yang berbeda jenis kelamin, perkembangan sikap sosial dan anti sosial pada anak-anak dan remaja, merupakan bagian dari proses sosial emoisonal dalam perkembangan manusia. Ketiga proses tersebut saling berhubungan, misalnya perkembangan sel-sel otak mendukung perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Sebab di dalam otak terdapat bagian-bagian yang mengontrol kemampuan berpikir dan kemampuan bersosialisasi serta kemampuan merasakan emosi terhadap orang lain. Di dalam perkembangan anak ketiga proses perkembangan tersebut muncul secara bersamaan sebab semua perkembangan tersebut terjadi dalam satu tubuh.
Para psikolog menyatakan anak-anak mengalami beberapa periode perkembangan. Menurut (Hurlock, 1980:14), menyatakan ada 5 (lima) tahap perkembangan yang dialami pada masa anak-anak. Pertama, periode prenatal yaitu periode konsepsi sampai lahir. Kedua, periode bayi mulai dari kelahiran sampai akhir minggu kedua. Ketiga, akhir minggu kedua masa kelahiran akhir tahun kedua. Keempat, awal masa kanak-kanak dua sampai enam tahun. Kelima, akhir masa anak-anak, enam sepuluh atau dua belas tahun.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Pendekatan Psikologis yang diterapkan di TK Dharma Wanita Sampang Agung dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak serta memberika hasil yang sangat baik pada perkembangan kemampuan anak.
2.      Metode dan perilaku guru dalam memberikan perhatian kepada anak merupakan kunci efektifnya proses belajar mengajar di TK Dharma Wanita Sampang Agung
B.     SARAN
Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal anak dan konsep psikologis hendaknya:
1.      Guru dapat menggunakan berbagai media yang kreatif untuk menumbuhkan kepribadian anak
2.      Guru dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham
3.      Guru dapat menggunakan pencampuran metode 


DAFTAR PUSTAKA

            Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Ali, Nur dan Wahidmurni. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press
Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak TK. Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK Departemen P dan K
Hurlock, elizabeth B. 1980. Development Psychology, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Psikologi Perkembanan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Selatan: GP Press Group.
Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Nugraha, Ali. 2011. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ramli, M. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK Departemen P dan K.
Sntrock. Jhon W. 2011. Child Development, 13th edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Suryadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Bintang Pustaka Abadi.
Syaodih, Ernawulan. 2005. Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK Departemen P dan K.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karakteristik suku-suku di Indonesia di lihat dari segi jenis kelamin perempuan

Karakteristik suku-suku di Indonesia di lihat dari segi jenis kelamin perempuan Nama Suku Perbedaan Gambar fisik Tingkah laku Bahasa Suku Jawa -kulit kuning. -dahi & mata lebar. -alis lebat. -telinga vampire. -gigi besar. -rahang lebar. -bibir atas segitiga. -tinggi badan rata-rata 150-175 cm -warna mata hitam -warna rambut hitam. -Masyarakat jawa sering kali percaya akan adanya mitos-mitos jawa. -Berperilaku sopan dan santun. -Menekankan nilai-nilai luhur dan hormat. -Senantiasa merendahkan diri pada orang lain. -Tidak indivudualisme dan tidak sombong -Dalam kehidupan perempuan Jawa sering kita dengar istilah   masak, macak, manak   yang artinya pandai memasak, pandai berdandan atau bersolek, dan bisa memberi keturunan Suku Jawa sebagian besar menggunakan   bahasa Jawa  yang sopan dan lembut dalam bertutur sehari-hari .
Keterkaitan hubungan antara kebudayaan, bahasa dan masyarakat Definisi Masyarakat adalah kelompok manusia yang mendiami suatu tempat tertentu, saling tergantung satu sama lain untuk kelangsungan hidupnya. Definisi budaya adalah seperangkat peraturan yang apabila dipenuhi oleh suatu anggota masyarakat, menghasilkan perilaku yang dianggap layak dan dapat diterima oleh para anggotanya. Definisi Bahasa adalah system untuk mengkomunikasikan, dalam bentuk lambing, segala macam informasi Keterkaitan dari ketiga sub itu adalah budayaan yg terdiri niali-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya di balik perilaku manusia, dan yang tercermin dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para anggota masyarakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat di terima dalam masyarakat. Kebudayaan tersebut dipelajari melalui sarana bahasa. Tingkat kelas dan status masyarakat yang menggunakan bahasa akan mempengaruhi cara mereka men