PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGIS PADA SISWA TK
DHARMA WANITA SAMPANG AGUNG
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Penelitian
Tindakan Kelas
Oleh
Nurul
Khasanah
NIM
: 858668046
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
NASIONAL
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S-1 PGSD
2020
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan
usia dini memiliki perang yang penting dalam perkembangan anak. Hal ini
merupakan fondasi dsar dalam pembelajaran yang akan dikembangkan serta
mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak. Sebagaimana dalam
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 28 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan
pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai
potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,
emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap
memasuki Sekolah Dasar.
Anak
usia dini menurut NAEYC (National
Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada
pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman
Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu
swasta ataupun negeri, TK, dan SD (Ernawulan Syaodih, 2005:7). Perkembangan
anak usia dini merupakan perkembangan usia emas, dimana anak mengalami
perkembangan yang cepat. Menurut Wortham dalam M. Ramli, 2005:50), menyatakan
bahwa aspek perkembangan anak meliputi perkembangan fisik-motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial-emosional. Salah satu
aspek perkembangan yang akan penulis teliti adalah aspek perkembangan sosial
emosional anak.
Pada
dasarnya anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian seorang anak. Dalam hal ini usia yang dimaksudkan
adalah usia pengemban potensi intelegensi permanen dalam dirinya. Perkembangan
potensi yang dimiliki anak, yang dianggap sangat penting dalam membantu
meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Pada pendidikan anak usia dini, anak akan diajarkan untuk mengenal
lingkungan sekitar dan mengenal orang-orang sekitar yang baru dikenal, sehingga
penting jika anak untuk mengembangkan kepribadian yang baik.
Perkembangan
sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami perasaaan oranglain
ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi anak bisa
dimulai dari orang-orang terdekta yakni orang tua, saudara, teman bermain
hingga masyarakat luas. Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahasa perkembangan
emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial, begitu juga sebaliknya
membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional, sebab keduanya
terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh (Suryadi, 2010:109).
Menurut
(Hurlock, 1980:3), perkembangan sosial emosional adalah perkembangan perilaku
yang sesuai dengan tuntunan sosial, dimana perkembangan emosional adalah suatu
proses dimana anak melatih rangsangan-rangsangan sosial terutama yang didapat
ari tuntutan kelompok serta belajar bergaul dan bertingkah laku. Sedangkan menurut
Salovy dan John Mayer dalam (Ali Nugraha, 2011: 13), pengembangan sosial
emosional meliputi: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengalokasi
rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, diskusi kemampuan
menyelesaikan masalah antara pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan dan
sikap hormat. Selain orang tua, guru juga merupakan pihak yang dapat membantu
perkembangan sosial emosional anak di sekolah.
Dalam
rangka mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengoptimalkan perkembangan
sosial emosional anak diperlukan suatu upaya yang dilakukan oleh guru agar
perkembangan sosial emosional anak dapat berkembang secara optimal. Upaya
tersebut dapat dimulai dengan pendekatan psikologis pada anak. Ada beberapa
keuntungan pendekatan psikologis dalam membentuk kepribadian anak, diantara
lain:
1.
Pendekatan psikologis
bisa membantu anak menjadi lebih luas pemikirannya sehingga bisa menjadi lebih
bijaksana.
2.
Anak bisa memutuskan apa
keinginannya dan apa yang tidak dia inginkan.
3.
Anak belajar untuk
berkepribadian sabar/tdk tempramen
4.
Tindakan persuasif lebih
ampuh
5.
Lebih mudah meniru untuk
bersikap benar
6.
Anak mampu berbahasa
sesuai dengan kondisi
7.
Anak mudah memahami
8.
Anak tidak mudah memaksa
kehendak sendiri/egosi
9.
Anak tidak bersikap manja
10. Anak
memiliki sifat berusaha untuk mendapatkan yang diinginkan
11. Anak
berani mencoba hal-hal baru
12. Anak
mulai menumbuhkan sifat percaya diri
13. Anak
sudah mampu memberikan keputusan yang tepat
Dengan
latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Kemampuan Sosial Emosional Anak melalui Pendekatan Psikologis.
Penelitian ini penulis tuangkan dalam entuk Proposal Penelitian Tindakan Kelas
dengan Judul “Meningkatkan Kemampuan
Sosial Emosional Anak Melalui Pendekatan Psikologis Pada Siswa Tk Dharma Wanita
Sampang Agung”
2.
PERUMUSAN
DAN PEMECAHAN MASALAH
1.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti memiliki rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana meningkatkan sosial emosional melalui pendekatan psikologis pada anak
usia dini?
2.
Pemecahan
Masalah
Siswa dapat mendapatkan
kepribadian yang baik dari lingkungan secara langsung melalui pendekatan
psikologis pada proses pembelajaran sehari-hari. Sehingga siswa mampu
berinteraksi dengan teman-temannya dengan baik disekolah.
3.
Hipotensis
Hipotensis yang diajukan
dalam proposal penelitian ini adalah:
Melalui pendekatan
psikologis pada anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan sosial emosioanal
pada siswa kelompok tk-A di TK Dharma Wanita Sampang Agung Kecamatan Kutorejo
Kabupaten Mojokerto
3.
TUJUAN
PENELITIAN
1.
Tujuan
Umum
Guna meningkatkan
kemampuan sosial emosional pada siswa kelompok tk-A di TK Dharma Wanita Sampang
Agung Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto
2.
Tujuan
Khusus
Diharapkan siswa dapat
menumbuh kembangkan kemampuan sosial emosional dalam berinteraksi dengan orang
tua, guru, teman dan masyarakat sekitar baik disekolah, keluarga maupun
lingkungan masyarakat.
4.
MANFAAT
HASIL PENELITIAN
1.
Manfaat
Bagi Siswa
a. Memberikan
motivasi dan dorongan pada siswa untuk memiliki kemampuan sosial emosional
dalam berinteraksi disekolah
b. Dengan
mampu memiliki kemampuan sosial emosional siswa dapat bertanggung jawab,
mengambil keputusan sendiri, dan percaya diri dalam mengembangkan kemajuan
belajar mereka sendiri
c. Meningkatkan
kemampuan berfikir kognitif, efektif, dan psikomotorik dalam konteks
pembelajaran
2.
Manfaat
Bagi Guru
a. Sebagai
fasilitator, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik, metode dan
pendeketan dalam pembelajaran
b. Dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang bersifat dinamis dan menyenangkan
c. Mengevaluasi
hasil akhir pembelajaran dengan upaya membina, membimbing dan megarahkan siswa
agar terampil dalam memahami karakter secara baik dan benar.
3.
Manfaat
Bagi Sekolah
a. Meningkatkan
efektifitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatkan
prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan prestasi
kinerja guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kemampuan
Sosial Emosional Anak
1)
Pengertian
Sosial Emosional
Sosial
emosional anak usia dini merupakan suatu proses belajar anak bagaimana
berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang ada, dan anak
lebih mampu mengendalikan perasaan-perasaannya sesuai dengan kemampuan
mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan tersebut (M Ramli, 2005: 208).
Rosmala Dewi (2005: 18) menyatakan bahwa sosial emosional merupakan kemampuan
mengadakan hubungan dengan orang lain, terbiasa untuk bersikap sopan santun,
mematuhi peraturan dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
menunjukkan reaksi emosi yang wajar. Pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa
sosial emosional anak dalam pembelajaran disekolah memerlukan pengarahan dan
stimulus dari seorang guru, oleh karena itu guru diharapkan dapat memfasilitasi
perkembangan tersebut dengan model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak
agar perkembangan anak dapat berkembang secara optimal.
Sosial
emosional anak usia dini mempunyai beberapa aspek yang sangat esensial yang
perlu dikembangkan, aspek tersebut meliputi perkembangan emosi dan hubungan
pertemanan, perkembangan identitas diri, perkembangan kesadaran identitas jenis
kelamin, serta perkembangan moral. Menurut Rita Eka Izzaty dkk (2008: 92-96)
berpendapat bahwa ada beberapa aspek dalam sosial emosional anak. Aspek-aspek
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Elemen-elemen sosial dalam bermain.
b.
Otonomi dan inisiatif yang berkembang.
c.
Perasaan tentang diri.
d.
Hubungan teman sebaya.
e.
Konflik sosial.
f.
Perilaku prososial.
g.
Ketakutan-ketakutan anak.
h.
Pemahaman gender.
Dalam
hal ini dapat ditegaskan bahwa dalam penelitian ini aspek sosial emosional anak
yaitu perilaku prososial. Perilaku prososial yaitu menolong orang lain dengan
suka rela. Rasa menolong dengan suka rela perlu dikembangkan sejak anak usia
dini, karena agar anak terbiasa sejak usia dini dan akan terbawa dikehidupannya
mendatang.
2) Unsur
dan Karakteristik Kecerdasan Sosial Emosional pada Anak
Menurut
Peter Salovey dan Jhon Mayer dalam (Ali Nugraha, 2011: 3.23) terdapat uraian tentang
unsure dan ciri yang seharusnya melekat pada konteks kecerdasan emosi. Dengan
kata lain ciri-ciri yang dapat dikenali untuk memahami kecerdasan emosi di
antaranya adalah berbagai kualitas emosi seseorang yang meliputi:
a.
Empati (Kepekaan terhadap perasaan orang lain)
b.
Mengungkapkan dan memahami perasaan
c.
Mengalokasikan rasa marah
d.
Kemandirian
e.
Kemampuan menyesuaikan diri
f.
Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
g.
Ketekunan
h.
Kesetiakawanan
i.
Kesopanan
j.
Sikap hormat
Berdasarkan
hasil identifikasi yang diungkapkan oleh Daniel Goleman dalam (Ali Nugraha,
2011: 5.22), ia menyampaikan bahwa anak yang mempunyai kecerdasan emosi,
memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.
Mampu memotivasi diri sendiri.
b.
Mampu bertahan menghadapi frustasi.
c.
Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informalnyanonverbal (memiliki tiga
variasi, yaitu jaringan komunikasi, jaringan keahlian, dan jaringan
kepercayaan).
d.
Mampu mengendalikan dorongan hati.
e.
Cukup luwes untuk menemukan caraalternatif agar sasaran tetap tercapai atau
untuk mengubah sasaran jika sasaran semula muskil dijangkau.
f.
Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatunya akan beres
ketika sedang menghadapu tahap sulit.
g.
Memiliki empati yang tinggi.
h.
Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat menjadi tugas kecil yang
mudah ditangani.
i.
Merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara dalam meraih tujuan.
3) Faktor
yang Mempegaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak
Menurut
(Hurlock, 1980), mengungkapkan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
sosial emosional anak menyebutkan tiga faktor utama sebagai berikut :
1.
Faktor fisik
Apabila
faktor keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk
perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang
meninggi.
2.
Faktor psikologi
Faktor
fsikologi dapat mempengaruhi emosi, antara lain tingkat intelegensi, tingkat
aspirasi dan kecemasan. Berikut adalah penjelasannya :
1)
Perlengkapan intelektual
yang buruk, anak yang tingkat intelektualnya rendah, rata-rata mempunyai
pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada
tingkat umur yang sama.
2)
Kegagalan mencapai
tingkatan aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya
keadaan cemas, sedikit atau banyak.
3)
Kecemasan setelah
pengalaman emosi terntentu yang sangat kuat. Sebagai contoh akibat lanjutan
dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap
situasi yang dirasakan mengancam
3.
Faktor lingkungan
Ketegangan
yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyaknya pengalaman yang
menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada
emosi anak berikut adalah penjelasannya:
a.
Ketegangan yang disabbkan
oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus.
b.
Ketegangan yang
berlebihan serta disiplin yang otoriter.
c.
Sikap orang tua yang
selalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
d.
Suasana otoriter
disekolah.
4) Meningkatkan
Kemampuan Sosial Emosional Anak dalam Pembelajaran
Dalam
meningkatkan perkembangan sosial emosional hendaknya memperhatikan apa yang
terjadi dengan anak didik agar seseorang guru mampu menstimulus perkembangan
emosi anak, agar anak dapat mengelola emosi, memotivasi diri sendiri berempati
dan dapat membina hubungan dengan orang lain diantaranya adalah :
1.
Mengenali emosi sendiri,
tugas seorang guru adalah membina kestabilan emosi anak menuju perkembangan
lebih lanjut sejalan dengan pertumbuhan umur anak.
2.
Mengelola emosi anak,
seorang guru harus turun tangan untuk membantu mengatasi masalah yang sedang
diadapi anak, dengan cara menghibur dirinya sehingga anak dapat bangkit kembali
dari kekacauan yang dialaminya.
3.
Memotivasi diri sendiri
dengan cara berfikir positif dan optimism.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa
betapa pentingnya meningkatkan sosial emosional anak karena emosional anak
kelak anak suses dalam kehidupan bermasyarakat. Agara para guru tidak
tergelincir pada penyediaan perkembangan sosial emosional diberikan sejumlah
pedoman yang selayaknya di perhatikan :
a. Menghargai,
menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan martabatnya.
b. Memahami
karakteristik anak.
c. Mendorong
anak berkolaborasi atau bekerjasama sesama teman.
d. Menggunakan
strategis pembelajaran yang luas, untuk memperkaya pengalaman pembelajaran anak.
e. Mempasilitasi
anak untuk meningkatkan ras tanggung jawab akan dirinya sendiri.
2)
Pendekatan
Psikologis
Beberapa
masalah yang dialami anak dalam proses pembelajaran mengakibatkan kendala pada
anak dalam belajar. Anak merupakan pribadi yang bisa dikatakan mudak ditangani
atau mudah dipahami karena kepribadian yang belum sempurna terbentuk dan masih
bisa terpengaruh oleh lingkungan. Hal yang menjadi sulit adalah cara komunikasi
yang berbeda sehingga menyebabkan anak menjadi sulit berkomunikasi atau
menyampaikan apa yang mereka sukai dan tidak.
Dengan
pendekatan psikologis, kepribadian anak akan mudah untuk dibentuk. Kepribadian
sendiri merupakan perilaku seseorang atau individu yang dimiliki dengan ciri
atau keunikannya masing-masing ditambah dengan pola pikir dan juga lingkungan. Pendekatan
psikologis memiliki banyak manfaat bagi pembentukan karakter seorang anak.
Dimana pendekatan ini dilakukan tidak ahanya secara fisik namun juga
mental, diantaranya adalah:
a. Bijaksana
Lingkup bijaksana pada anak kecil sebenarnya berbeda dengan orang
dewasa. Minimal ia memiliki rasa empati saja dan juga mencoba memikirkan orang
lain selain dirinya saja sudah bijaksana. Pendekatan psikologis bisa membantu
anak menjadi lebih luas pemikirannya sehingga bisa menjadi lebih bijaksana.
b. Berani
Memutuskan
Berani memutuskan merupakan kelebihan jika guru melakukan pendekatan
psikologis kepada anak. Sehingga anak bisa memutuskan apa keinginannya dan apa
yang tidak dia inginkan. Perkembangan
Emosi Anak Usia Dini cukup rumit untuk dipelajari. Namun karena perasaan dan hati
anak-anak masih lembut, anda bisa menggunakan pendekatan psikologis untuk
membentuk kepribadiannya lebih baik.
c. Berkepribadian
sabar/lembut
Guru yang menggunakan pendekatan psikologis pada anak akan memberikan
contoh yang baik salah satunya kepala dingin alias tidak tempramen. Dimana
anak-anak belajar dengan cara meniru jika anda tidak bisa memberikan contoh
yang baik maka kepribadian yang terbentuk akan buruk. Dengan sikap perlahan dan
menyelesaikan masalah dengan baik-baik anak akan melihat seorang guru sebagai
sosok yang dewasa dan mereka akan mengikuti sebagai sosok yang non tempramen
dan penyabar.
d. Tindakan
Persuasif
Ketika mereka melihat bagaimana seorang guru mencoba
membujuk atau menjelaskan apa yang terjadi pada mereka, tindakan yang dilakukan
adalah tindakan persuasif. Bukan memperkeruh suasana dengan marah, dan tindakan
ini termasuk kedalam pendekatan psikologis.
Mereka akan lebih mengenal bahwa berbicara baik-baik
tetap sama didengarnya dengan berteriak dan marah. Mengapa tidak untuk berbicara
baik saja mulai dari sekarang. Jika hal ini sudah terpikir maka sifat dan
kepribadian mereka akan berubah.
e. Bersikap
dengan Benar
Jika guru melakukan pendekatan psikologis dengan benar dan perlahan maka
anak akan menilai bahwa sikap seorang guru benar dan patut ditiru. Namanya
anak-anak mereka akan lebih banyak meniru, dan jika anda bisa melakukan
pendekatan secara baik dan juga menyenangkan mereka juga akan memiliki
kepribadian yang sama dan sikap yang sama.
f.
Berkomunikasi dengan baik
Seringkali beberapa orang tua mengingatkan anaknya dengan bahasa yang
kasar, namun ketika anaknya mengikuti mereka tetap saja orang tua kembali
marah. Padahal anak hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Perlu
diingat bahwa pendekatan psikologi bisa mengubah kepribadian anak bahkan sampai
bahasa.
g. Tidak
bersifat egois
Cara menghilangkan sifat egosi dalam diri merupakan hal yang paling
sulit, termasuk pada anak-anak. Dimana mereka terbiasa dipenuhi dan juga
memiliki berbagai kebutuhan serta keinginan yang langsung ada. Faktanya Guru
tidak boleh melakukan hal tersebut pada anak, dengan adanya pendekatan
psikologis mereka bisa berubah menjadi anak yang tidak memaksa atau tidak besar
ego. Sehingga anda bisa mendidik mereka lebih baik lagi.
h. Anak
mudah memahami
Seringkali dengan adanya pendekatan psikologis maka anak ataupun guru
menjadi lebih paham atau saling memahami satu sama lain. Psikologis berbicara
mengenai hati dan juga rasa bukan sesuatu yang tidak berperasaan. Hal ini
terkadang bisa mengetuk seseorang bahkan anak-anak untuk berubah.
i.
Anak tidak sering
merengek
Menjadi anak yang tidak merengek mungkin cita-cita semua orang tua.
Namun guru sebagai fasilitator bisa mewujudkannya jika menerapkan pendekatan
psikologis pada anak-anak. Mendekati mereka melalui suara yang lembut,
menenangkan, menjelaskan alasannya dan sejenisnya membantu kepribadian anak
yang sering merengek menjadi lebih memahami dan tidak merengek kembali.
j.
Anak belajar untuk
berusaha
Anak-anak harus diajarkan sifat dan sikap yang baik serta sesuai baik
ketika sedang sendiri maupun ketika di tengah masyarakat. Cara
Mendidik Mental Anak agar Berani dan Mandiri memang tidak mudah. Namun anda
yang berhasil menggunakan pendekatan psikologis bisa jadi membentuk kepribadian
anak yang mau berusaha.
k. Berani
mencoba
Sama halnya dengan mau berusaha, anak juga akan berani mencoba hal-hal
yang baru. Hal ini karena mereka nyaman dengan pendekatan psikologis dan
menaruh kepercayaan besar terhadap anda lawan bicaranya. Maka ketika anak-anak
sudah percaya anda bisa mendukungnya untuk lebih berani melakukan apapun.
l.
Percaya Diri
Cara meningkatkan kepercayaan diri dan berani itu tidak mudah,
terutama dalam diri anak-anak. Namun jika guru bisa membangun rasa percaya dan
komunikasi yang bagus maka guru bisa membangun percaya diri mereka. Sehingga
anak tumbuh menjadi anak yang lebih bagus kepribadianya dan perkembangannya
lebih baik. Jangan takut untuk melakukan pendekatan psikologis.
m. Bisa
membuat keputusan
Jika anak sudah bisa memutuskan maka pendidikan anda berhasil. Mengingat
anak pasti sedang tumbuh dan berkembang. Mulai dari Perkembangan
Psikologi Anak Dalam Kandungan sampai anak bisa berbicara, belajar dan juga tumbuh
besar. Memilih keputusan merupakan hal yang berat, namun jika guru sebagai
fasilitator di sekolah bisa melakukan pendekatan psikologis dalam dunia
pendidikan maka guru bisa menanamkan kepribadian tersebut pada siswa.
BAB III
PELAKSANAAN
PERBAIKAN
1.
Rencana
Penelitian
a. Tempat
Penelitian
Tempat
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Dharma Wanita Sampang Agung Kec.
Kutorejo Kab. Mojokerto
b. Subyek
dan Objek Penelitian
Dalam
penelitian tindakan Kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
tk-A TK Dharma Wanita Sampang Agung Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto tahun ajaran 2019/2020,
dengan jumlah siswa 22 anak yang terdiri dari 8 perempuan dan 14 laki-laki.
Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kemampuan emosional anak.
c. Waktu
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020. Penelitian ini
berlangsung sesuai dengan kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa
siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.
d. Metode
dan Desain Penelitian
1.
Metode Penelitian
Penelitian
tindakan kelas, yaitu sebuah kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara
rasionalitas, sistematis, dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh pendidik, kolaborasi yang sekaligus sebagai peneliti, sejak
disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam
kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi pembelajaran yang dilakukan (Iskandar, 2012:21).
Penelitian
ini direncanakan terdiri dari 2 siklus tiap siklus dilaksanakan empat kali
pertemuan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, hasil observasi dan tes
atau penilaian dalam setiap siklus sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang
tepat dalam rangka mengembangkan prestasi belajar.
2.
Desain Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model siklus Kemmis & Mc Taggart yang
dikembangkan oleh Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto mengemukakan secara garis
besar terdapat 4 tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas pada setiap siklusnya yaitu: perencanaan, (plan), Pelaksanaan (act),
Pengamatan (observe), Refleksi (reflect). Menurut Suharsimi Arikunto, dkk ―
model Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK, desain
dapat digambarkan sebagai berikut (Suharsimi, 2014: 16) :
Gambar
1 Siklus yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas di
TK
Dharma Wanita Sampang Agung
Sumber
: Model siklus Classroom Action Research dari Suharsimi Arikunto. Rancangan
Penelitian Tindakan Model Kemmiss & Mc Taggart
Berdasarkan
alur penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut diatas, dapat dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Menurut Wahidmurni dan
Nur Ali ― perencanaan adalah kegiatan perancangan untuk pemecahan masalah.‖
Dalam tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Suharsimi, 2014: 17).
perencanaan adalah langkah yang dilakukan guru ketika akan memulai tindakannya.
Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan peneliti yang matang untuk
mencapai pembelajaran yang diinginkan. Adapun langkah-langkah perencanaannya
adalah sebagai berikut :
1.
Observasi dan wawancara
untuk mendapat gambaran awal tentang objek penelitian secara keseluruhan dan
proses pembelajaran di TK Dharma Wanita Sampang Agung
2.
Melakukan identifikasi
permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya merumuskan persolan
bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut permasalahan
guru maupun peserta didik.
3.
Menyusun perangkat
pembelajaran, antara lain: mempersiapkan sumber atau bahan dalam pembelajaran
seperti menyusun rencana kegiatan harian ( RKH ) secara kolaboratif antara
peneliti dan guru.
4.
Menyiapkan media, alat
dan bahan pembelajaran.
5.
Menyusun lembar
observasi/lembar pengamatan proses pengembangan sosial emosional anak.
6.
Menyusun alat evaluasi
pembelajaran sesuai indikator pencapaian.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan
adalah implementasi dari rencana yang sudah dibuat. Setelah diperoleh gambaran
keadaan di kelas A pada saat kegiatan pengembangan kemampuan sosial emosional,
aktifitas peserta didik, dan sarana belajar. Maka dilakukan tindakan yaitu,
melalui pendekatan psikologis. Tahap ini merupakan penerapan dari perencanaan
yang telah disusun, yaitu sebagai berikut :
1)
Guru mencari tahu
penyebab anak yang suka memukul temannya pada waktu pembelajaran berlangsung.
2)
Guru mencari tahu latar
belakang/riwayat keluarga anak tersebut.
3)
Guru melakukan pendekatan
secara individu kepada anak setelah pelajaran berlangsung
4)
Guru menjelaskan kepada
anak untuk tidak melakukan hal tersebut.
5)
Guru memberikan motivasi
dan penjelasan terkait sikap moral dan perilaku melalui kemampuan sosial
emosional.
6)
Guru menciptakan suasana
pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan sosial emosional anak di kelompok A
TK Dharma Wanita Sampang Agung.
c. Observasi
Menurut
Wina Sanjaya observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi
tentang hal-hal yang akan diteliti (Wina, 2009: 86). Pada prinsipnya, tahap
observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, yang meliputi kehadiran
siswa, keaktifan siswa dalam kelompok, kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Pada tahap ini observer/pengamat melakukan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi sosial emosional anak,
peneliti menggunakan observasi keaktifan anak, dan kesiapan anak dalam bersikap
kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi yang
sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias, dsb).
Hasil
pengamatan yang didapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada
siklus berikutnya. Pengamatan berfungsi sebagai proses dokumentasi, dampak dari
tindakan dan menyediakan informasi untuk mengetahui dampak dari tindakan yang
dilakukan, artinya melihat perubahan apa saja yang telah terjadi dalam proses
pengembangan dan hasil perkembangan peserta didik.
d. Refleksi
Menurut
Latief, dalam (Wahid Murni dan Nur Ali, 2008: 101-102), mengatakan bahwa
refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk menentukan sudah
sejauh mana pengembangan metode yang sedang dikembangkan telah berhasil memecahkan
masalah dan apabila belum berhasil, fokus apa saja yang menjadi penghambat
kekurangan keberhasilan tersebut jika hasil dari kegiatan mengembangkan
kemampuan sosial emosional anak melalui metode bercerita pada penelitian siklus
I belum mencapai 80%. Maka akan dilanjutkan pada tindakan siklus II.
Perencanaan
pelaksanaan pada siklus II hampir sama dengan siklus I, akan tetapi pada siklus
II mengalami perbaikan dari siklus I. Hasil observasi dan tes atau penilaian
dalam setiap siklus sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
rangka mengembangkan prestasi belajar.
e. Evaluasi
dan Revisi
Analisis
dan interpretasi hasil pelaksanaan tindakan menjadi dasar untuk melakukan
evaluasi dalam menentukan keberhasilan atau pencapaian tujuan tindakan. Dalam
penelitian ini, evaluasi yang dilakukan adalah:
1) Evaluasi
jangka pendek, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap kali tindakan atau
pengembangan untuk mengetahui keberhasilan dalm suatu tindakan.
2) Evaluasi
yang dilakukan untuk setiap putaran/siklus untuk mengetahui tingkat
perkembangan pencapaian tindakan.
f. Indikator
Keberhasilan Tindakan
Adapun
kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah untuk:
1) Apabila
indikator keberhasilan mencapai 80%, maka penelitian tersebut dikatakan telah
berhasil.
2) Memberi
makna terhadap proses kegiatan pengembangan sosial emosional pada anak di
kelompok A TK Dharma Wanita Sampang Agung. Setelah pelaksanaan tindakan
digunakan kriteria, yaitu membandingkan perkembangan peserta didik pada
tindakan/siklus pertama dengan tindakan berikutnya. Apabila keadaan setelah
tindakan menunjukkan aktifitas peserta didik lebih baik dalam mengikuti
kegiatan pengembangan dari pada sebelum tindakan, dapat dikatakan bahwa
tindakan telah berhasil.
3) Memberikan
makna terhadap keberhasilan tindakan didasarkan pada kemampuan peserta didik,
yang dapat dilihat dari tingkat capaian perkembangan sesuai dengan indikator
kegiatan yang telah diberikan.
2.
Prosedur
Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelasa (Classroom Action Research) dimana
terdapat dua siklus. Dalam pelaksanaan setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas
mempunyai empat tahapan, yakni: Perencanaan, Pengamatan, dan Refleksi.
3.
Metode
Analisa Data
Analisis
data dilakukan secara deskriptif kualitatif, dihitung nilai rata-rata kelas dan
yang disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi, diagram batang. Analisis Trend (Analisis Perekembangan) digunakan
untuk mengetahui perkembangan kemampuan sosial emosional siswa dalam bentul
lisan atau tulisan.
4.
Jadwal
Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
April
– Mei 2020
|
|||||||||||||||
Minggu
III
20-25
April
|
Minggu
IV
27-30
April
|
Minggu
I
11-15
Mei
|
Minggu
II
18-22
Mei
|
||||||||||||||
1.
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pengolahan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pembuatan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
Biaya
Penelitian
Biaya yang diperlukan
untuk penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
No.
|
Uraian
|
Biaya
|
1.
|
Untuk Penyusunan :
1. Penyusunan
Proposal
2. Penyusunan
Instrumen
3. Pengumpulan
Data
4. Pengolahan
Data
5. Analisis
Data
6. Penulisan
Laporan
|
Rp. 75.000,00
Rp. 20.000,00
Rp. 20.000,00
Rp. 20.000,00
Rp. 20.000,00
Rp.
100.000,00
|
2.
|
Bahan
:
1. Pembelian ATK
|
Rp.
10.000,00
|
3.
|
Lain-lain
:
1. Konsumsi
2. Fotocopy
3. Penggandaan+Jilid
|
Rp.
50.000,00
Rp.
10.000,00
Rp.
75.000,00
|
JUMLAH
|
Rp. 400.000,00
|
6.
Personalia
Penelitian
Peneliti
|
Observer
|
Nama : Nurul Khasanah
NIM : 858668046
Jabatan : Guru TK A-1
Instansi : TK DW Sampang Agung
Tanda
Tangan :
|
Nama : Ninik
NIP :
Jabatan : Guru TK A-2
Instansi : TK DW Sampang Agung
Tanda
Tangan :
|
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI
PERKEMBANGAN PADA SIKLUS
1. Siklus
I
a) Tahap
Perencanaan
Sebelum melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Membuat Rencana Kegiatan
Harian (RKH)
2)
Membuat Skenario
Pembelajaran
3)
Menyiapkan Jurnal/catatan
sikap selama pembelajaran berlangsung
4)
Menyiapkan materi dan
bahan
b) Pelaksanaan
Tindakan
Kegiatan
Pengembangan I
Kegiatan Pembukaan
1)
Berdoa sebelum belajar
2)
Judul kegiatan “Menebak
karakter teman sebangku”
3)
Penataan ruang, siswa
duduk sejajar dengan teman sebangku
Langkah – langkah perbaikan
1)
Guru memberikan motivasi
kepada siswa tentang persahabatan dan saling meghargai terhadap sesama
2)
Guru meminta siswa untuk
menyebutkan hal yang disuka dan yang tidak disuka
3)
Guru meminta anak untuk
maju kedepan menjelaskan karakter teman sebangkunya
Kegiatan
Pengembangan II
Kegiatan Pembukaan
1)
Berdoa sebelum belajar
2)
Judul kegiatan “Aku tidak
setuju denganmu”
3)
Pengorganisasian anak:
Anak memainkan secara berpasang-pasangan
Langkah – langkah
perbaikan
1)
Guru meminta orang tua
untuk tidak menemani anaknya selama permainan berlangsung
2)
Guru memberikan contoh
permainan kepada anak
3)
Guru meminta anak bermain
sportif
Kegiatan
Pengembangan III
Kegiatan Pembukaan
1)
Berdoa sebelum belajar
2)
Judul kegiatan
“Mengucapkan Pujian”
3)
Pengorganisasian anak:
Anak bermain berkelompok dan membentuk lingkaran
Langkah – langkah
perbaikan
1)
Guru memberikan contoh
pujian pada anak
2)
Guru menyebutkan nama
permainan
3)
Guru membantu anak untuk
mencatat kalimat-kalimat pujian
c) Tahap
Pengamatan/Observasi
Hasil observasi kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan oleh peneliti antara lain:
1.
Kegiatan Guru
Dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti mampu membentuk kepribadian anak melalui
pendekatan psikologis dalam penyampaian materi atau penjelasan terkait
permainan. Pada Pengembangan I, guru mampu memunculkan karakter diri pada anak,
sehingga anak berusaha untuk menyebutkan karakter yang dimiliki pada dirinya.
Pada pengembangan II, guru menampilkan contoh media sebagai bahan pertanyaan
anak ke temannya. Pada pengembangan III, Guru menyiapkan kalimat-kalimat pujian
untuk anak, sehingga anak tidak kesulitan dalam memuji temannya.
2.
Aktivitas Murid
Pada kegiatan pembukaan
anak lebih aktif, hal ini bisa saja terjadi karena anak memahami permainan yang
akan ditampilkan. Pada kegiatan inti anak mampu bermain dengan teman, sehingga
memunculkan keakraban. Pada kegiatan penutup beberapa anak bisa melihat dan
mendengar dengan baik apa saja yang disampaikan oleh guru.
3.
Prestasi Siswa
Hasil pengamatan yang
sudah dilaksanakan oleh peneliti tentang prestasi anak dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel
1
Hasil
Pengamatan Prestasi Anak pada Siklus I
No
|
Nama Anak
|
Kemampuan Menebak Karakter
|
Kemampuan Memberikan Pendapat
|
Kemampuan Merangkai Kalimat Pujian
|
1
|
Albert Wayan Jaya
|
***
|
***
|
***
|
2
|
Annisa Nurin Syaakila
|
***
|
***
|
***
|
3
|
Christian Ardiansyah R
|
***
|
***
|
***
|
4
|
Kaynaia Effendiya K
|
***
|
***
|
***
|
5
|
Kaila Dwi Septian
|
***
|
***
|
***
|
6
|
Moh Akbar Al Fath Ilyas
|
***
|
***
|
***
|
7
|
Moh Alwi Al Khadad
|
**
|
**
|
**
|
8
|
Moh Hazimul Fikri
|
***
|
***
|
***
|
9
|
Sri Handayani
|
***
|
***
|
***
|
10
|
Aisyah Azzura Devi
|
**
|
***
|
***
|
11
|
Dwi Ferdy Kusuma
|
**
|
**
|
***
|
12
|
Moh Diega Fakhri Musyafa
|
***
|
***
|
***
|
13
|
Moh Faizin
|
***
|
***
|
***
|
14
|
Moh Ariel
|
**
|
**
|
***
|
15
|
Zahra Nur Fauziah
|
***
|
***
|
***
|
16
|
Zafirroh Auliyah
|
***
|
**
|
**
|
17
|
Maura Alfatiha
|
***
|
***
|
***
|
18
|
M. Rafael
|
***
|
***
|
***
|
19
|
M. Atok Ilyas
|
***
|
***
|
***
|
20
|
Tristan Gilbi
|
***
|
***
|
***
|
21
|
M. Agam
|
***
|
***
|
***
|
22
|
Kanza
|
***
|
***
|
***
|
Keterangan :
* : Belum Berkembang
** : Mulai Berkembang
*** : Sudah Berkembang
Dari data yang tertera pada tabel
di atas dapat dijelaskan bahwa anak-anak yang belum berkembang terdapat 0 orang
anak, sedangkan anak yang sudah berkembang atau sudah memiliki kemampuan sosial
emosianal ada 4 anak, dan anak yang sudah berkembang atau sudah memiliki
kemampuan sosial emosional ada 18 anak. Dari data ini juga dapat ditarik
kesimpulan bahwa perkembangan anak dalam memiliki kemampuan sosial emosional
pada siklus I telah mencapai kriteria keberhasilan, karena dikatakan berhasil
apabila mencapai 85%, sehingga tidak perlu dilakukan pebaikan dengan
menggunakan siklus II
d) Tahap
Refleksi
Dari kajian dan
pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa dalam kegiatan pembelajaran
siklus I, terjadi pembelajaran yang efektif sehingga anak mampu mengakui
kesalahannya. Jadi, dapat dijelaskan bahwa menggunakan pendekatan psikologis
dalam proses pembelajaran yang dilakukan TK Dharma Wanita Sampang Agung dapat
meningkatkan kemampuan sosial emosional anak, khususnya pada anak yang mudah
marah atau temperamental. Dengan permainan anak akan semakin memahami
kalimat-kalimt pujian, memberikan mendapat terhadap kegemaran temannya, dan
mampu menebak karakter temannya.
B.
PEMBAHASAN
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan psikologis dalam meningkatkan kemampuan sosial
emosional, hal ini dapat kita lihat dari hasil observasi yang telah dilakukan
oleh peneliti pada 21 anak yang berusia 3-4 tahun atau kelas tk-A. Dengan
permainan, anak mampu menghargai karakter temannya. Permainan tebak karakter
yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan agar anak mampu memahami karakter
yang dimiliki oleh temannya. Hal ini juga ammpu mencegah anak untuk bertengkar
dengan temannya.
Pada
kegiatan pembentukan II anak juga diajarkan membuat pendapat “setuju/tidak
setuju”. Misalnya, salah satu di anatar mereka bertanya, “Buku apa yang kamu
baca?” Temnnya menjawab. (misalnya) “Timun Mas”. Kemudian si anak pertama harus
mampu mengungkapkan pendapatnya terkait buku tersebut. Sedangkan anak kedua
harus mampu membuktikan bahwa buku yang dibacanya benar-benar bagus dan pantas
dibaca. Pertanyaan yang diajukan bisa berbeda-beda. Dengan begini, anak-anak
belajar untuk mengungkapkan pendapatnya, mempertahankan sudut pandang serta pemikiran
mereka secara percaya diri namun tetap rasional.
Sedangkan
pada Kegiatan Perkembangan III, anak diminta untuk berkelompok. Hal yang paling
sulit bagi guru adalah menentukan kelompok pada anak, hal ini karena anak
terkadang sudah memilih temannya sendiri untuk manjadi kelompoknya. Inti dari
permainan ini adalah sekelompok anak-anak duduk bersama membentuk lingkaran dan
harus mengatakan hal-hal terpuji tentang teman disampingnya sembari menatap
mata sang teman. Sang teman harus menjawab terima kasih dan melanjutkan hal
yang sama kepada teman berikutnya. Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa beberapa anak akan kesulitan untuk memikirkan atau
mengutarakan pujian kepada temannya. Anak-anak akan membutuhkan bantuan dari
gurunya untuk merangkai kata-kata pujian. Dalam permainan ini anak-anak dapat
belajar banyak karena memuji seseorang mampu membuat anak untuk tidak menghina
sesama temannya.
Psikologi
perkembangan anak usia dini merupakan suatu komponen penting yang harus
diketahui seorang guru PAUD. Pemahaman guru yang benar terhadap perkembangan
anak usia dini akan menuntun guru membuat disain pembelajaran yang cocok dengan
perkembangan anak. Pembelajaran berbasis perkembangan anak akan menghasilkan
pembelajaran yang maksimal. Pembelajaran yang tidak memperhatikan perkembangan
anak akan membuat anak bosan atau frustrasi. Jika anak bosan dan frustrasi,
para guru juga akan tertular rasa bosan dan frustrasi juga ketika mengajar.
Dasar pikir ini yang menjadikan pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini
merupakan salah satu komponen dari kompetensi pedagogik seorang guru.
Perkembangan
dalam bahasa Inggris disebut development. (Jhon W. Santrock, 2011: 6),
mengartikan development is the pattern of
change that begins at conception and continues through the life span
[perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan
berlanjut sepanjang kehidupan]. Anak-anak usia dini berada pada masa keemasan
(golden age). Masa ini disebut masa keemasan sebab pada usia ini terjadi
perkembangan yang sangat menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia.
Perkembangan yang menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan psikhis.
Dari segi fisik anak mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, mulai dari
pertumbuhan sel-sel otak dan organ tubuh lainnya sampai perkembangan kemampuan
motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, memanjat, dan sebagainya.
Perkembangan fisik lainnya yang tidak kalah pentingya adalah perkembangan
kemampuan motorik halus yang merupakan kemampuan melakukan koordinasi gerakan
tangan dan mata, misalnya menggenggam, meraih, menulis, dan sebagainya.
Di
samping perkembangan fisik, perkembangan psikhis juga mengalami hal-hal
menakjubkan, dari kemampuan berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai
kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Mulai kemampuan berpikir
sensori-motoris sampai kemampuan berpikir pra operasional konkrit. Anak-anak
pada tahap sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu setelah menggunakan
inderanya, tetapi kemudian pemahaman tersebut berkembang pada tahap pra
operasional konkrit menjadi pemahaman terhadap benda bercampur dengan imajinasi
anak. Perkembangan kemampuan kognitif ini memberikan sumbangan yang besar
terhadap kemampuan bahasa, kemampuan emosional, kemampuan moral, bahkan
kemampuan agama. Pada usia dini anak belajar kata pertama yang diikuti ribuan
kata berikutnya. Pada usia dini anak mulai berinteraksi dengan orang di
sekitarnya, mulai dari orang tuanya sampai masyarakat lingkungannya. Pada usia
dini anak mulai dapat membedakan baik dan buruk, dan pada usia dini pula
anak-anak mulai mengenal nama Tuhan dan agamanya.
perkembangan anak usia dini
mencakup delapan aspek yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif,
perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan moral, perkembangan
emosional, perkembangan kepribadian, dan perkembangan agama. Di dalam psikologi
perkembangan anak usia dini juga dibahas teori-teori perkembangan anak usia
dini. Menurut (Santrock, 2011:18), secara garis besar proses perkembangan
manusia terdiri dari proses biologis, kognitif, dan sosial emosional. Proses
biologis menghasilkan perubahan manusia. Proses biologi meliputi pewarisan gen
dari orang tua, perkembangan tubuh meliputi pertumbuhan berat badan dan tinggi
badan, perkembangan otak, keterampilan motorik, dan perubahan hormon pada masa
puber.
Proses kognitif meliputi perubahan
dalam pikiran, inteligensi, dan bahasa manusia. Contoh proses kognitif terjadi
dalam mengenali benda-benda pada bayi, menggabung kalimat, menguasai kata,
mengingat puisi, mengerjakan soal-soal matematika, membayangkan sesuatu yang
akan terjadi, menemukan jawaban sebab akibat, atau memahami sesuatu yang
tersirat dalam sebuah peristiwa. Proses sosial emosi merupakan perubahan dalam
hubungan manusia dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan dalam
kepribadian. Bayi belajar tersenyum kepada ibunya dan orang-orang di
sekitarnya, anak laki-laki berkelahi dan berteman dengan teman sebayanya,
perkembangan perasaan anak-anak terhadap temannya yang berbeda jenis kelamin,
perkembangan sikap sosial dan anti sosial pada anak-anak dan remaja, merupakan
bagian dari proses sosial emoisonal dalam perkembangan manusia. Ketiga proses
tersebut saling berhubungan, misalnya perkembangan sel-sel otak mendukung
perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Sebab di dalam otak terdapat
bagian-bagian yang mengontrol kemampuan berpikir dan kemampuan bersosialisasi
serta kemampuan merasakan emosi terhadap orang lain. Di dalam perkembangan anak
ketiga proses perkembangan tersebut muncul secara bersamaan sebab semua
perkembangan tersebut terjadi dalam satu tubuh.
Para psikolog menyatakan anak-anak
mengalami beberapa periode perkembangan. Menurut (Hurlock, 1980:14), menyatakan
ada 5 (lima) tahap perkembangan yang dialami pada masa anak-anak. Pertama,
periode prenatal yaitu periode konsepsi sampai lahir. Kedua, periode bayi mulai
dari kelahiran sampai akhir minggu kedua. Ketiga, akhir minggu kedua masa kelahiran
akhir tahun kedua. Keempat, awal masa kanak-kanak dua sampai enam tahun.
Kelima, akhir masa anak-anak, enam sepuluh atau dua belas tahun.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pendekatan
Psikologis yang diterapkan di TK Dharma Wanita Sampang Agung dapat meningkatkan
kemampuan sosial emosional anak serta memberika hasil yang sangat baik pada
perkembangan kemampuan anak.
2. Metode
dan perilaku guru dalam memberikan perhatian kepada anak merupakan kunci
efektifnya proses belajar mengajar di TK Dharma Wanita Sampang Agung
B.
SARAN
Untuk melaksanakan
pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal anak dan konsep
psikologis hendaknya:
1. Guru
dapat menggunakan berbagai media yang kreatif untuk menumbuhkan kepribadian
anak
2. Guru
dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham
3. Guru
dapat menggunakan pencampuran metode
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Ali,
Nur dan Wahidmurni. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Malang: UM Press
Dewi,
Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak TK. Jakarta:
Dirjen Dikti PPLPTK Departemen P dan K
Hurlock,
elizabeth B. 1980. Development
Psychology, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Psikologi Perkembanan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Iskandar.
2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
Selatan: GP Press Group.
Izzaty,
Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Nugraha,
Ali. 2011. Metode Pengembangan Sosial
Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ramli,
M. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Dirjen Dikti PPLPTK Departemen P dan K.
Sntrock.
Jhon W. 2011. Child Development, 13th
edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Sanjaya,
Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Kencana
Suryadi.
2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta:
Bintang Pustaka Abadi.
Syaodih,
Ernawulan. 2005. Bimbingan di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK Departemen P dan K.
Komentar
Posting Komentar