1.7 Transformasi
makna yang terjadi mengenai budaya tato ?
Pada dasarnya budaya merupakan
wujud yang abstrak dri kebudayaan. Budaya merupakan ide-ide dan gagasan manusia
yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan
lepas satu dari yang lainnya, tetapi selalu berkaitan menjadi suatu system
budaya. Salah satu unsure kebudayaan yang dimilki oleh setiap masyarakat adalah
kesenian. Di Indonesia bentuk-bentuk kesenian yang ada pada setiap suku bangsa
sangat beragam, namun mencerminkan cirri khas suatu bangsa tersebut. Seni
merupakan salah satu bidang kajian yang penting dipelajari dalam antropologi sebab
para ahli antropologi menemukan bahwa seni mencerminkan nilai-nilai kebudayaan
dan perhatian rakyat, khususnya pada kesenian tradisional seperti mitos,
legenda dan dongeng.
Seni merupakan hasil karya dan
kesanggupan akal manusia dalam menciptakan sesuatu yang luar biasa berdasarkan
olah rasa dan pikirang yang mengandung ciri estetika. Seni senantiasa mengalami
perubahan, bergantung pada perkembangan kehidupan masyarakat. kebudayaan telah
mengalami transformasi di zaman yang seperti ini. Transformasi kebudayaan
generic ke kebudayaan diferensial yang membuat ada perbedaan tentang kebudayaan
di argumen-argumen masyarakat. Pada awal perkembangannya, kesenian erat
kaitannya dengan upaya untuk mempertahankan diri dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat tertentu. Pada pertunjukkan suku primitive, kesenian dan agama
seringkali berbaur.
Di samping untuk
mengapresiasikan nilai-nilai esteikanya, bentuk-bentuk kesenian dilakukan untuk
memenuhi nilai religious masyarakat. Misalnya, pada upacara keagamaan, kebiasaan
tato merupakan salah satu upaya untuk memuja dan mendekatkan diri dengan
roh-roh leluhur. Budaya tato yang terdahulu tato adalah budaya turun temurun
dalam sebuah suku masyarakat. Tato pada awalnya ditemukan di mesir ditemukan di
Mesir pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Saat orang-orang mesir
memperluas kerajaan mereka, seni dari tato pun ikut menyebar. Perkembangan
peradaban dari Crete, Yunani, Persia, dan Arabia semakin memperluas bentuk seni
tersebut. Pada kira-kira 200 SM, seni tato menyebar ke cina.
Kata tato sendiri berasal dari
kata Tahitian yaitu “tatu” yang berarti “untuk menandakan sesuatu”. Sebenarnya
tato memiliki sesuatu yang sangat penting dalam tradisi. Misalnya di Borneo,
para wanita mento dirinya sebagi symbol yang menunjukkan keahlian khusus
mereka. Suku maori di New Zealand membuat tato yang berbentuk ukiran-ukiran
spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka ini adalah tanda bagi keturunan
yang baik. Di kepulauan Solomon, tato ditorehkan pada wajah perempuan sebagai
ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Orang-orang suku Nuer
di Sudan memakai tato untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki.
Orang-orang Indian melukis tubuh
dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status social
tertentu. Sementara bagi bagiorang Dayak Ahoeng, tato dibuat dari jelaga asam
hitam damar yang dibakar dan dicampur sari daun terung pipit adalah lentera
atau lampu penerang menuju surga layaknya damar yang digunakan zaman dahulu.
Juga, penanda status seseorang. Tato pada suku mentawai salah satu tertua di
dunia sejak 1.500-500 sebelum masehi. Bangsa Mentawai adalah suku proto Melayu
dari Yunan, dengan pengaruh budaya Dongson. Istilah tato dalam bahasa mentawai
disebut titi, sedangkan pembuatannya dinamakan sopatiti. Fungsi tato bagi orang
mentawai sebagai tanda wilayah atau suku, tato juga penanda status sosial
mengarah pada pekerjaan, dan terakhir bentuk keindahan diekspresikan dalam
tubuh.
1.8 Pandangan
kalangan masyarakat jaman sekarang terhadap tato
Tato adalah bagian dari seni, bukan lagi untuk dunia kekerasan dan
kriminalitas. Tato sebuah ajang ekspresi seseorang untuk menampilkan kreasi
atau hobi seseorang. secara umum pandangan masyarakat zaman sekarang
sangat negative terhadap tato. Seringkali orang yang bertato dianggap memiliki
nilai criminal dan sebagai bentuk kejahatan dan mulai
dianggap sebagai fesyen, karena tato bisa mempercantik dan menambah rasa
percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tato juga mulai
banyak. Ditambah lagi dengan maraknya studio-studio tato dan di beberapa kota
besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.
Kebanyakan masyarakat saat ini
merasa bahwa adalah hal yang pantas untuk ditentang dan dihindari serta para
orang bertato dan bertindik atau yang biasa disebut kolektor ini pun mendapat
image yang negative dari masyarakat. Padahal sejarah tato yang pada
kenyataannya adalah kebudayaan lama masyarakat dunia bahkan di Indonesia
sendiri kepada para masyarakat. Memang bukti-bukti sejarah tato ini kurang
begitu jelas, namun para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato sudah ada
sejak 12.000 tahun SM. Jaman dulu tato digunakan untuk semacam ritual bagi
suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain.
Konon menurut sejarahnya, tato
pada awalnya ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Dan
kemudian orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka dikuti dengan menyebarnya
seni tato. Perkembangan peradaban dari Crete, Yunani, Persia, dan Arabia semakin
memperluas bentuk seni tersebut. sekitar tahun 2000 SM, seni tato menyebar ke
Tiongkok. Dan kata tato sendiri berasal dari bahasa Tahitian yaitu “tutu”, yang
berarti “tanda/menandakan sesuatu”. Perubahan faham tersebutlah yang membuat
masyarakat berfikiran negative terhadap budaya tato. Istilah tato dalam bahasa
Mentawai disebut titi, sedangkan pembuatnya dinamakan sopatiti.
Fungsi
tato bagi orang Mentawai sebagai tanda wilayah atau suku, tato juga penanda
status sosial mengarah pada pekerjaan, dan terakhir bentuk keindahan
diekspresikan dalam tubuh. Mirip masyarakat Dayak. Seperti ditulis oleh A.
Halim. R. dalam opini “Tato dan Eksistensi Budaya Dayak” di harian Pontianak
Post edisi 3 Januari 2008. Dia menyebut tato sebagai ritual tradisional terkait
peribadatan, kesenian, penanda kelompok sosial tertentu. Sedangkan rajah
pada tubuh dianggap bentuk kesetiaan dan pertalian ikatan yang tidak bisa
dipisahkan hingga mati. Motif tato pada kulit badan dipercaya bisa menangkal
kejahatan, dan membawa keselamatan bagi penggunanya.
Dari
tradisi dua suku itu, M. Dwi Marianto, penulis buku “Tato” sekaligus dosen
Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, menyebut tato peninggalan kebudayaan
tradisional Indonesia, bentuk ekspresi seni pada tubuh. Marianto menyebut
tradisi rajah dalam kedua suku itu bentuk struktur masyarakat dan sudah seperti
pakaian bagi pemiliknya.
1.9 Pandangan
islam terhadap budaya tato
Tato adalah perilaku yang salah
dan tidak pantas dilakukan oleh anak muda, remaja, maupun orang tua yang
beragama islam. Menghiasi tubuh dengan tato adalah perbuatan menganiaya diri
sendiri. Tato bukanlah berhias tetapi merusak kulit tubuh sendiri. Orang yang
bertato, hukumya tidak sah jika melaksanakan sholat karena air wudhu sulit
menembus bagian kulit yang ditato. Menghiasi bagian tubuh (yang bukan termasuk
kewajiban dibasuh saat wudhu) dengan tato seperti di dada atau bagian tubuh
yang lain juga tidak diperbolehkan karena tetap saja hal ini akan menghalangi
kesucian saat orang yang bertato tersebut melakukan mandi junub atau mandi
besar.
Dalam islam ada pintu darurat.
Yang dimaksud adalah hal-hal yang sebelumnya haram mungkin saja bisa berubah
menjadi halal karena faktor darurat tadi. Misal, orang bertato yang bertaubat.
Oleh karena itu sebagai seorang muslim lebih baik tidak mendekati tato. Bertato
pada akhirnya akan mempersulit diri sendiri dalam beribadah kepada allah swt.
Khusus untuk para remaja, orang tua atau pihak keluarga harus melakukan
pendekatan secara hati-hati berkenaan dengan masalah tato ini. Remaja tidak
dapat dilarang dengan cara keras atau kasar. Terlebih terhadap masalah yang
berhubungan dengan sesuatu yang sedang digandrungi, seperti menggunakan tato.
2.1 Solusi
yang digunakan agar budaya tato tetap ada dengan perspektif positif
Tato
memiliki tujuan dan fungsi yang beragam namun dapat dikatakan tato digunakan
untuk memberikan tanda bagi si pengguna. dalam masyrakat jepang, tato difungsikan
sebagai suatu bentuk ritual dan kemudian bergeser fungsi menjadi sebuah tanda
keluarga (jaman shogun tokugawa), tato pada masyarakat jepang terletak di
wajah. pada masyarakat polinesia tato difungsikan sebagai tanda kedewasaan
diperuntukkan bagi laki-laki (dibawah pinggang menyerupai celana pendek) dan
perempuan (dipergelangan tangan tangan
dan kaki). Pada
masyarakat mesir, tato difungsikan sebagai suatu tanda bangsawan dan kecantikan
(di alis dan pergelangan tangan). sedangkan pada masyarakat dayak purba, tato
difungsikan sebagai tanda bangsawan (pergelangan tangan dan kaki) dan ritual
keagamaan yang diperuntukkan bagi pemangku adat serta dukun ( sekujur tubuh ).
Komentar
Posting Komentar