Cara Memelihara dan Melestarikan Realitas Kemajemukan Bangsa Indonesia dalam berbagai aspek di Kabupaten Mojokerto
Visi pembangunan
daerah Kabupaten Mojokerto adalah
Kabupaten Mojokerto yang maju, adil, makmur, tentram
dan beradabab.
Misi
pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto, meliputi:
a. Mewujudkan
pemerataan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan
budaya, politik, hukum, dan keamanan tanpa mentoleransi adanya diskriminasi
adalah upaya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di daerah Kabupaten
Mojokerto guna: mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat
terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta
menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat
termasuk gender.
b. Mewujudkan
masyarakat yang demokratis berdasarkan hukum yang berkeadilan adalah upaya
untuk memantapkan kelembagaan demokrasi agar menjadi lebih kokoh guna
memperkuat peran serta masyarakat dst.
Mengingat arus
globalisasi semakin deras dalam kehidupan sehari-hari banyak beberapa aspek yang
mulai hilang dalam masyarakat. Cara memelihara dan melestarikan realitas
kemajemukan Bangsa Indonesia dalam berbagai aspek supaya tidak tercerai berai
di Kabupaten Mojokerto adalah
1.
Aspek
Agama
Memelihara dan melestarikan aspek
agama dalam kemajemukan Bangsa Indonesia yaitu dengan cara :
a)
Dialog agama
Dialog agama ini bertujuan untuk menginformasikan
berbagai informasi agar tidak terjadi kesalapahaman antar umat agama. Biasanya
dialog agama ini dilakukan oleh para ulama atau tokoh agama yang dianggap sebagai
panutan di daerah tersebut.
b)
Menghargai tempat beribadah agama lain
Di mojokerto terdapat beberapa
tempat beribadah yang cukup besar dari berbagai agama. Tempat ini sekaligus
sebagai tempat beribadah juga merupakan tempat peninggalan bersejarah.
Diantaranya adalah Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat merupakan
salah satu gereja tertua di Kota Mojokerto dan merupakan peninggalan zaman
Belanda. Masjid Agung Al-Fattah didirikan pada zaman Belanda tepatnya pada
tanggal 7 Mei 1878 berada di pusat kota sebelah Barat Aloon-aloon. Klenteng Hok
Siang Kiong didirikan pada tahun 1895. Ciri khas bangunan itu adalah bentuk
arsitekturnya yang khas Cina. Adanya tempat beribadah yang besar tersebut
menunjukkan adanya saling menghormati terhadap tempat beribadah masing-masing.
Sehingga tidak terjadi konflik antar umat beragama di mojokerto.
c)
Mengadakan ceramah-ceramah agama bagi
umat islam
Karena sebagian masyarakat
mojokerto beragama islam biasanya bupati mojokerto saat ada syukuran kota
mojokerto mengadakan ceramah agama dengan mendatangkan beberapa kyai yang cukup
terkenal di beberapa daerah.
2.
Aspek
Etnik/Suku
Orang Jawa sudah lama memiliki moto
“nrimo pawehing pandum”, artinya menerima apa yang diberi Tuhan. Orang
Jawa merupakan suku yang penyebarannya paling luas dan mampu hidup harmonis
bersama anak bangsa lainnya. Cara hidup orang jawa yaitu mengedepankan harmoni,
menjadikan orang Jawa dapat hidup berdampingan secara damai dan nyaman dengan
suku bangsa lain. Dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas, orang Jawa
berprinsip seperti wasiat Mangkunegoro I, yang dikenal dengan istilah Tribroto,
yaitu selalu “rumongso melu handarbeni”, harus merasa ikut memiliki,
wajib “melu hangrungkebi“, wajib ikut membela dengan ikhlas, dan “mulat
sariro hangroso wani”, harus selalu mawas diri dan memiliki sifat berani
membela kebenaran. Filosofi itulah, menjadikan orang Jawa mudah diterima semua
pihak.
Filosofi orang Jawa
dipelajari, bahkan dipakai oleh banyak orang di luar etnis Jawa. Tidak hanya
dalam urusan kehidupan secara umum, tetapi juga dalam hal kepemimpinan.
Masyarakat Jawa telah memiliki doktrin kepemimpinan sendiri, seperti tercantum
dalam kitab Ramayana karangan Yosodipuro I yang hidup di Keraton Surakarta,
abad ke-18 yang dikenal dengan istilah Hasto-Broto, yakni ciri kepemimpinan
berdasarkan sifat-sifat alam, yaitu : Suryo, matahari yang menyebarkan energi.
Condro, bulan, indah dan penuh keteduhan. Kartiko, bintang, menjadi penunjuk
arah. Maruto, angin, adil terhadap yang dipimpin. Selain itu juga Dahono, api,
memberikan reward and punishment. Angkoso, langit, berwawasan luas. Samudro,
laut, menampung semua masalah; dan Bantolo, bumi, sabar, penuh pengertian dan
mencukupi.
Nilai kepemimpinan lainnya, adalah “mikul
dhuwur mendem jero”, yang berarti menjadi kewajiban untuk menjunjung tinggi
pimpinan, menjaga kehormatan dan martabat pimpinan. Falsafah kepemimpinan Jawa
lainnya yang penting dan sangat relevan dengan situasi ke-kinian, adalah “ojo
gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh” , artinya, bahwa sebagai pemimpin,
janganlah terlalu terheran-heran terhadap sesuatu yang baru, tidak menunjukkan
sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan, dan tidak boleh sombong sewaktu
menjadi pemimpin. Bahkan, ada filosofi kepemimpinan Jawa yang lain, yang
kemudian lebih dipopulerkan oleh Tokoh Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantoro,
adalah ”ing ngarso sung tulodho”, ”ing madyo mangun karso”, “tut
wuri handayani”. ”Ing ngarso sung tulodho”, yaitu pemimpin harus
mampu berdiri di depan untuk memberi tauladan lewat sikap dan perbuatannya. ”Ing
madyo mangun karso”, berarti seorang pemimpin harus mampu berada di
tengah-tengah bawahannya, terus memberi semangat dan motivasi agar bawahan
dapat bekerja lebih baik dan lebih produktif, dan ”tut wuri handayani”,
yaitu mendorong dan mendukung dari belakang kepada bawahannya. Untuk itu cara
memelihara dan melestarikan Etnik Jawa yiatu dengan :
1
saling menghargai dan menghormati sesama etnik
2
menjaga kesantunan
3
serta lebih fungsional dan produktif.
4
menciptakan sikap, kepribadian, dan gaya, serta
perilaku orang Jawa menjadi sosok yang simpatik, halus, santun, toleran,
fleksibel, dan menyukai keharmonisan.
3.
Aspek
Budaya
Memudarnya kecintaan terhadap budaya
lokal menjadi tantangan bagi kita untuk mencari cara bagaimana mengembalikan
rasa hormat kepada budaya sendiri. Sejarah membuktikan, kemajuan suatu bangsa
dapat terjadi justru apabila suatu bangsa menghargai kebudayaannya sendiri.
Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu :
A.
Culture Experience
Merupakan
pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah
pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka
masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian
tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian
budaya kita ini. Untuk itu Bupati mojokerto menganjurkan masyarakat
maupun peresta didik disekolah untuk belajar membatik, Tembang, dan Sastra
Jawa.
B.
Culture Knowledge
Merupakan
pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi
mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan
kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para
Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Di
Mojokerto sendiri terdapat beberapa wisata candi yang selama ini dijadikan
sebagai pusat sejarah dan pusat wisata di Mojokerto, diantaranya adalah candi
tikus, candi bajang serta patung budha tidur yang memiliki arsitektur
tersendiri. Ada juga beberapa museum sejarah yang seringkali dikunjungi para
pelajar untuk menambah wawasannya. Untuk memelihara candi tersendiri upaya yang
dapat dilakukan dengan cara :
a.
konservasi
Kegiatan
pemeliharaan cagar budaya dari kemusnahan dengan cara menghambat proses
pelapukan dan kerusakan benda sehingga umurnya dapat diperpanjang dengan cara
kimiawi dan non kimiawi. Kegiatannya berupa pengangkatan Juru Pelihara,
penataan lingkungan, pertamanan, pembersihan menggunakan pihak ketiga,
embersihan dengan bahan kimia dan pengujian bahan kimia untuk konservasi.
b.
pemugaran
Serangkaian
kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki bangunan yang telah rusak dengan
mempertahankan keasliannya, namun jika diperlukan dapat ditambah dengan
perkuatan strukturnya. Keaslian yang harus diperhatikan dalam pemugaran
mencakup keaslian bentuk, bahan, tehnik pengerjaaan, dan tata letak.
Selain
dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan
dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat
mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara lain.
Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap
produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya
impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur.
Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak
mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara
lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.
Selain
itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya
pelestarian kebudayaan daerah ditanah air. Dalam hal ini bupati mojokerto
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian
kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan bupati yang pantas didukung adalah
penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap event-event akbar
nasional, misalnya tari-tarian , lagu daerah, dan menampilkan
hiburan Kesenian Rakyat mojokerto yang sangat populer dalam masyarakat Jawa,
yaitu Wayang Kulit, Ketoprak, Ludruk.
Semua
itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya
yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara
tetangga.Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat
harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah
juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan
daerah. Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam
melestarikan budaya, salah satunya adalah sebagai berikut
a.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
memajukan budaya lokal
b.
Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi
budaya lokal beserta pemberdayaan danpelestariannya
c.
Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi,
kekeluargaan, keramah-tamahan dan solidaritas yang tinggi.
d.
Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak
punah
e.
Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola
keanekaragaman budaya lokal
f.
Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya
sebagai jati diri bangsa
g.
Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi
dalam pelaksanaannya
h.
Mempelajarinya
i.
Mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka
tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya
4.
Aspek
Bahasa
Karena sebagian
banyak orang Mojokerto adalah suku jawa, maka masyarakat hendaknya dapat
menggunakan bahasa jawa dalam kesehariaannya. Sehingga dapat menurun ke
generasi berikutnya. Bahasa jawa sebagai bahasa daerah adalah aset bangsa
yang harus dilestarikan keberadaannya. Lewat unggah ungguhing basa, di dalam
bahasa jawa terkandung pelajaran tentang sopan santun, tuntutan untuk selalu
mawas diri, merendah diri, dan bagaimana harus menghormati dan menghargai orang
lain terutama orang yang lebih tua dan berkedudukan lebih tinggi.
Begitu luhurnya ajaran yang
terkandung dalam bahasa jawa, maka sungguh sayang apabila kita biarkan punah
begitu saja tergilas oleh perkembangan jaman. Mungkin dengan adanya perkawinan
campuran dengan suku luar jawa akan menambah penutur bahasa jawa. Mengajari
putra putrinya berbicara dengan bahasa krama yang halus serta sikap hormat dan
santun kepada orang tuannya ataupun kepada orang lain yang lebih
tua. Upaya untuk melestarikan bahasa jawa juga sudah dilaksanakan pemerintah
maupun swasta termasuk lewat media massa. Koran koran dan majalah sering
menyelipkan rubrik bahsa jawa dalam penerbitnya. Selain itu bisa juga dengan
menerbitkan buku sastra dan dongeng remaja berbahasa jawa yang sangat langka
sekali sekarang ini. Pelestarian bahsa jawa lewat televisi juga sudah pernah
dilakukan ada warta berita dalam bahasa jawa, cangkriman, ketoprak, wayang
kulit, pangkur jenggleng, talk show dalam bahasa jawa. Namun selain itu kiranya
perlu kesadaran kita semua untuk melu handarbeni, ikut memiliki,
melestarikan dan memajukan bahasa jawa kepada generasi penerus kita. Kita yang juga
perlu memberikan tentang betapa penting dan indahnya budaya jawa kita ini.
Komentar
Posting Komentar